Sejarah Pergundikan Dizaman Kuno
Cerita hidup seorang selir dizaman dahulu kala
Di beberapa kebudayaan kuno, para penguasa dan anggota elit masyarakat tidak hanya memiliki istri, mereka juga memiliki beberapa wanita yang disebut selir. Selir biasanya memiliki fungsi ganda, yaitu untuk meningkatkan prestise seseorang penguasa melalui kapasitasnya untuk menghasilkan anak-anak dan juga memiliki tujuan untuk batas untuk mendapatkan kepuasan seksual. Kebanyakan orang masa kini mengasosiasikan selir hanya kepada sejarah Cina kuno di mana para orang-orang penting biasanya menyimpan beberapa selir, namun praktek untuk memiliki selir tentu tidak eksklusif hanya dimiliki oleh orang-orang China saja.
Sementara pergundikan telah dilalui dalam banyak agama dan budaya di seluruh dunia, dan hal itu masih hidup di banyak negara hingga saat ini.
Sumber
Sumber
Di beberapa kebudayaan kuno, para penguasa dan anggota elit masyarakat tidak hanya memiliki istri, mereka juga memiliki beberapa wanita yang disebut selir. Selir biasanya memiliki fungsi ganda, yaitu untuk meningkatkan prestise seseorang penguasa melalui kapasitasnya untuk menghasilkan anak-anak dan juga memiliki tujuan untuk batas untuk mendapatkan kepuasan seksual. Kebanyakan orang masa kini mengasosiasikan selir hanya kepada sejarah Cina kuno di mana para orang-orang penting biasanya menyimpan beberapa selir, namun praktek untuk memiliki selir tentu tidak eksklusif hanya dimiliki oleh orang-orang China saja.
Pergundikan era kuno
Praktek untuk memelihara selir/gundik akan membawa kita kembali ke ribuan tahun yang lalu ke peradaban Mesopotamia kuno dan Babilonia di mana anggota elit masyarakat memiliki benerapa selir, banyak di antaranya diambil dari para budak, walau begitu, istri pertama selalu mempertahankan tempatnya dalam keunggulan dalam sebuah keluarga. Dilain sisi di beberapa negara kota, para wanita yang menjadi ahli nujum dan memegang peringkat sosial yang tinggi dan umumnya para wanita ini tidak menikah seumur hidupnya juga bisa didapatkan menjadi selir karena dalam beberapa kebudayaan Mesopotamia, para laki-laki ditolelir oleh masyarakat dan dianggap sebagai wajar untuk pemenuhan kewajiban agama yang terhormat, tanpa memandang status perkimpoian laki-laki tersebut.
Selir dalam pandangan agama
Selir/pergundikan juga muncul dalam narasi Alkitab. Bangsa Israel sering memiliki gundik selain istri mereka, perbedaan selir dan istri adalah istri memiliki mas kimpoi tetapi selir tidak, hal itu dilakukan dengan tujuan utama untuk membedakan antara dua posisi sosial tersebut. Salah satu pemilik selir paling terkenal dalam Alkitab adalah Raja Salomo (1011 - 931 SM), yang dikatakan memiliki tiga ratus selir selain tujuh ratus istrinya. Namun kini pergundikan telah dilarang dalam kehidupan kekristenan. Beberapa komentator Alkitab berpendapat bahwa Tuhan mengijinkan pria untuk memiliki lebih dari satu istri atau beberapa selir selama periode setelah Banjir Besar sampai Perjanjian Lama untuk membangun populasi dunia.
Dalam Yudaisme, selir dirujuk dari istilah Ibrani 'pilegesh' yang berarti "seorang simpanan yang tinggal di rumah". Menurut Talmud Babilonia, perbedaan antara selir dan istri sah adalah bahwa yang istri sah menerima perjanjian pernikahan dan pernikahannya didahului oleh pertunangan formal. Pemikir Yahudi tertentu seperti Maimonides percaya bahwa para selir secara ketat hanya diperuntukkan bagi para raja, dan dengan demikian orang biasa mungkin tidak dapat memiliki seorang selir. Memang, karena pemikir tersebut berpendapat bahwa rakyat jelata tidak boleh terlibat dalam semua jenis hubungan seksual di luar pernikahan.
Dalam Islam, mengambil selir juga diizinkan. Dalam An-nisa ayat 3 menyatakan bahwa seorang pria dapat menikahi maksimal empat wanita jika ia dapat memperlakukan mereka dengan keadilan, namun jika ia tidak dapat berlaku adil, ia hanya dapat menikahi satu wanita atau bergantung pada budak perempuannya. Pergundikan dianggap dapat diterima sebagai kebutuhan sosial hanya di bawah ketentuan tertentu. Pada zaman kuno, dua sumber gundik diizinkan di bawah rezim Islam, mereka adalah perempuan non-Muslim yang diambil sebagai tawanan perang dan dijadikan selir seperti yang terjadi setelah Pertempuran Bani Qariza. Selain itu di zaman kuno (Pagan / Pra-Islam), perdagangan budak manusia adalah suatu hal yang legal secara sosial, namun setelah masyarakat memeluk agama Islam, mereka dianjurkan untuk membebaskan para budak mereka atau membawa mereka ke dalam pernikahan formal.
Sejarawan Al-Tabari menghitung bahwa Nabi Muhammad menikahi total lima belas wanita, meskipun hanya sebelas pada satu waktu sebelumnya dan memiliki setidaknya empat selir. Semua selir nabi Muhammad adalah budaknya. Menurut catatan, nabi Muhammad biasa mengunjungi semua kesebelas istrinya dalam satu malam.
Ukiran batu tentang hubungan seksual
Praktek untuk memelihara selir/gundik akan membawa kita kembali ke ribuan tahun yang lalu ke peradaban Mesopotamia kuno dan Babilonia di mana anggota elit masyarakat memiliki benerapa selir, banyak di antaranya diambil dari para budak, walau begitu, istri pertama selalu mempertahankan tempatnya dalam keunggulan dalam sebuah keluarga. Dilain sisi di beberapa negara kota, para wanita yang menjadi ahli nujum dan memegang peringkat sosial yang tinggi dan umumnya para wanita ini tidak menikah seumur hidupnya juga bisa didapatkan menjadi selir karena dalam beberapa kebudayaan Mesopotamia, para laki-laki ditolelir oleh masyarakat dan dianggap sebagai wajar untuk pemenuhan kewajiban agama yang terhormat, tanpa memandang status perkimpoian laki-laki tersebut.
Selir dalam pandangan agama
Selir/pergundikan juga muncul dalam narasi Alkitab. Bangsa Israel sering memiliki gundik selain istri mereka, perbedaan selir dan istri adalah istri memiliki mas kimpoi tetapi selir tidak, hal itu dilakukan dengan tujuan utama untuk membedakan antara dua posisi sosial tersebut. Salah satu pemilik selir paling terkenal dalam Alkitab adalah Raja Salomo (1011 - 931 SM), yang dikatakan memiliki tiga ratus selir selain tujuh ratus istrinya. Namun kini pergundikan telah dilarang dalam kehidupan kekristenan. Beberapa komentator Alkitab berpendapat bahwa Tuhan mengijinkan pria untuk memiliki lebih dari satu istri atau beberapa selir selama periode setelah Banjir Besar sampai Perjanjian Lama untuk membangun populasi dunia.
Penggambaran selir Salomo
Dalam Yudaisme, selir dirujuk dari istilah Ibrani 'pilegesh' yang berarti "seorang simpanan yang tinggal di rumah". Menurut Talmud Babilonia, perbedaan antara selir dan istri sah adalah bahwa yang istri sah menerima perjanjian pernikahan dan pernikahannya didahului oleh pertunangan formal. Pemikir Yahudi tertentu seperti Maimonides percaya bahwa para selir secara ketat hanya diperuntukkan bagi para raja, dan dengan demikian orang biasa mungkin tidak dapat memiliki seorang selir. Memang, karena pemikir tersebut berpendapat bahwa rakyat jelata tidak boleh terlibat dalam semua jenis hubungan seksual di luar pernikahan.
Arab slave market
Dalam Islam, mengambil selir juga diizinkan. Dalam An-nisa ayat 3 menyatakan bahwa seorang pria dapat menikahi maksimal empat wanita jika ia dapat memperlakukan mereka dengan keadilan, namun jika ia tidak dapat berlaku adil, ia hanya dapat menikahi satu wanita atau bergantung pada budak perempuannya. Pergundikan dianggap dapat diterima sebagai kebutuhan sosial hanya di bawah ketentuan tertentu. Pada zaman kuno, dua sumber gundik diizinkan di bawah rezim Islam, mereka adalah perempuan non-Muslim yang diambil sebagai tawanan perang dan dijadikan selir seperti yang terjadi setelah Pertempuran Bani Qariza. Selain itu di zaman kuno (Pagan / Pra-Islam), perdagangan budak manusia adalah suatu hal yang legal secara sosial, namun setelah masyarakat memeluk agama Islam, mereka dianjurkan untuk membebaskan para budak mereka atau membawa mereka ke dalam pernikahan formal.
Sejarawan Al-Tabari menghitung bahwa Nabi Muhammad menikahi total lima belas wanita, meskipun hanya sebelas pada satu waktu sebelumnya dan memiliki setidaknya empat selir. Semua selir nabi Muhammad adalah budaknya. Menurut catatan, nabi Muhammad biasa mengunjungi semua kesebelas istrinya dalam satu malam.
Pergundikan di belahan wilayah lain
Di Yunani Kuno, praktik memelihara selir dan budak sedikit dicatat tetapi ada di sepanjang sejarah Athena. Hukum disana tercatat menetapkan bahwa seorang pria dapat membunuh pria lain yang tertangkap mencoba menjalin hubungan dengan gundiknya untuk memproduksi anak-anak bebas, yang menunjukkan bahwa anak-anak selir tidak diberikan kewarganegaraan, namun hal tersebut juga memastikan bahwa pergundikan terjadi disana.
Di bawah hukum Romawi, pergundikan ditoleransi karena hubungan tersebut sudah ada sejak lama dan bersifat eksklusif. Praktek tersebut memungkinkan seorang pria Romawi untuk memiliki suatu hubungan yang informal dengan seorang wanita yang bukan istrinya, paling sering dengan seorang wanita yang status sosialnya lebih rendah dan menjadi penghalang suatu perkimpoian. Hubungan seperti itu disaat itu tidaklah dianggap hina, karena hal tersebut sering tertulis di batu nisan. Di romawi kuno juga gundik tidak terbatas kepada perempuan saja, Roma tidak mengecam hubungan sesama jenis sebagai "homoseksual" jika seorang pria dewasa menggauli budaknya yang secara karakteristik adalah seorang pemuda sebagai pasangannya. Hubungan seperti ini diharapkan hanya memainkan peran sekunder dalam suatu perkimpoian, di mana institusi laki-laki dewasa menunjukkan otoritas maskulinnya sebagai kepala rumah tangga.
Di Tiongkok kuno, pergundikan adalah praktik yang rumit di mana para selir diranking sesuai dengan tingkat dukungan mereka dari Kaisar. Situasi selir berkisar dari para pseudo-istri yang diperlakukan dengan sngat baik sampai ke pelacur yang diperlakukan dengan sangat buruk.
Seorang selir bisa memperbaiki situasinya sendiri dengan menghasilkan ahli waris (meskipun putra mereka lebih rendah daripada anak-anak yang sah), dan dapat menaiki tangga sosial sesuai dengan keinginan penguasa. Salah satu contoh dari ini adalah Consort Wu. Dia adalah selir favorit Kaisar Zuanzong dari Dinasty Tang, dikenal karena kecantikannya, ia naik ke peringkat tertinggi yang dapat dicapai seorang selir. Setelah istri Kaisar meninggal pada 724 M, Permaisuri Wu diperlakukan seperti permaisuri oleh semua pelayan yang tinggal di istana. Namun, yang lain tidak seberuntung itu. Jika seorang selir gagal melahirkan anak, hidup mereka akan lebih sering menjadi kurang menyenangkan.
Kaisar Cina menyimpan selir bersamanya di Kota Terlarang dan pada zaman dinasti Qing ada sekitar 20.000 selir. Para selir Kekaisaran dijaga oleh para kasim yang dikebiri (laki-laki yang dikebiri alat kelaminnya) hal itu dilakukan untuk memastikan bahwa mereka tidak dapat menghamili para selir karena hanya kaisar yang boleh melakukannya.
Dalam banyak cerita, para selir diambil secara paksa dan dijual ke dalam kehidupan pergundikan tetapi hal ini tidak selalu benar, tidak jarang dalam beberapa situasi bagi keluarga miskin, justru keluarga mereka sendiri mempresentasikan anak perempuannya kepada seorang penguasa untuk melihat apakah mereka akan dipilih sebagai selir. Hal ini sering untuk tujuan ganda, pertama untuk menyingkirkan mulut ekstra yang harus diberi makan serta memberi putrinya kehidupan yang nyaman, istimewa, dan terlindung dari kekaisaran.
Zeus and Alcmene
Di Yunani Kuno, praktik memelihara selir dan budak sedikit dicatat tetapi ada di sepanjang sejarah Athena. Hukum disana tercatat menetapkan bahwa seorang pria dapat membunuh pria lain yang tertangkap mencoba menjalin hubungan dengan gundiknya untuk memproduksi anak-anak bebas, yang menunjukkan bahwa anak-anak selir tidak diberikan kewarganegaraan, namun hal tersebut juga memastikan bahwa pergundikan terjadi disana.
ukiran romawi
Di bawah hukum Romawi, pergundikan ditoleransi karena hubungan tersebut sudah ada sejak lama dan bersifat eksklusif. Praktek tersebut memungkinkan seorang pria Romawi untuk memiliki suatu hubungan yang informal dengan seorang wanita yang bukan istrinya, paling sering dengan seorang wanita yang status sosialnya lebih rendah dan menjadi penghalang suatu perkimpoian. Hubungan seperti itu disaat itu tidaklah dianggap hina, karena hal tersebut sering tertulis di batu nisan. Di romawi kuno juga gundik tidak terbatas kepada perempuan saja, Roma tidak mengecam hubungan sesama jenis sebagai "homoseksual" jika seorang pria dewasa menggauli budaknya yang secara karakteristik adalah seorang pemuda sebagai pasangannya. Hubungan seperti ini diharapkan hanya memainkan peran sekunder dalam suatu perkimpoian, di mana institusi laki-laki dewasa menunjukkan otoritas maskulinnya sebagai kepala rumah tangga.
Di Tiongkok kuno, pergundikan adalah praktik yang rumit di mana para selir diranking sesuai dengan tingkat dukungan mereka dari Kaisar. Situasi selir berkisar dari para pseudo-istri yang diperlakukan dengan sngat baik sampai ke pelacur yang diperlakukan dengan sangat buruk.
tingkatan selir
Seorang selir bisa memperbaiki situasinya sendiri dengan menghasilkan ahli waris (meskipun putra mereka lebih rendah daripada anak-anak yang sah), dan dapat menaiki tangga sosial sesuai dengan keinginan penguasa. Salah satu contoh dari ini adalah Consort Wu. Dia adalah selir favorit Kaisar Zuanzong dari Dinasty Tang, dikenal karena kecantikannya, ia naik ke peringkat tertinggi yang dapat dicapai seorang selir. Setelah istri Kaisar meninggal pada 724 M, Permaisuri Wu diperlakukan seperti permaisuri oleh semua pelayan yang tinggal di istana. Namun, yang lain tidak seberuntung itu. Jika seorang selir gagal melahirkan anak, hidup mereka akan lebih sering menjadi kurang menyenangkan.
Kaisar Cina menyimpan selir bersamanya di Kota Terlarang dan pada zaman dinasti Qing ada sekitar 20.000 selir. Para selir Kekaisaran dijaga oleh para kasim yang dikebiri (laki-laki yang dikebiri alat kelaminnya) hal itu dilakukan untuk memastikan bahwa mereka tidak dapat menghamili para selir karena hanya kaisar yang boleh melakukannya.
ilustasi selir yang dikunjungi
Dalam banyak cerita, para selir diambil secara paksa dan dijual ke dalam kehidupan pergundikan tetapi hal ini tidak selalu benar, tidak jarang dalam beberapa situasi bagi keluarga miskin, justru keluarga mereka sendiri mempresentasikan anak perempuannya kepada seorang penguasa untuk melihat apakah mereka akan dipilih sebagai selir. Hal ini sering untuk tujuan ganda, pertama untuk menyingkirkan mulut ekstra yang harus diberi makan serta memberi putrinya kehidupan yang nyaman, istimewa, dan terlindung dari kekaisaran.
Spoiler for Selir di kekaisaran China:
Selir didalam istana terlarang
Hirarki internal yang kuat bersifat tidak fleksibel dan peran permaisuri akan menjaga peringkat tidak resmi mereka dan melakukan apa pun untuk mencegah mereka naik ke tingkat yang lebih tinggi. Kecemburuan dan pertengkaran di antara para selir seringkali terjadi dan memastikan bahwa kehidupan sehari-hari mereka jauh dari kehidupan yang menyenangkan. Menghabiskan malam dengan kaisar sulit didapat karena banyaknya selir yang tersedia sehingga para selir akan saling bersaing dengan keras terhadap satu sama lain.
Sementara dalam istana tidak diperbolehkan selir diizinkan untuk berkomunikasi dengan dunia luar baik secara secara langsung maupun bahkan melalui surat, larangan ini sampai tidak memungkinkan seorang tabib masuk ke istana dan melihat seorang selir yang sedang sakit, kalau ada selir yang sakit, penyakitnya akan dijelaskan dan resep diperoleh dan dikelola sesuai dengan saran dokter.
Tetapi ada beberapa situasi di mana seorang selir akan meninggalkan istana. Sama seperti kaisar dapat menerima selir sebagai hadiah dari penguasa asing, demikian juga kaisar memiliki wewenang untuk menghadiahkan salah satu gundiknya sebagai hadiah kepada penguasa asing, namun bisa dikatakan bahwa hal itu hanyalah pergantian antara satu penjara dengan penjara baru lainnya.
Beberapa selir diizinkan untuk kembali ke keluarga mereka dengan konpensasi pensiun yang memadai setelah bertahun-tahun melayani kaisar. Periode minimum untuk melayani kekaisaran ditetapkan selama lima tahun oleh Kaisar Hongwu pada tahun 1389. Para selir yang pensiun ini bebas untuk mengejar kehidupan normal, termasuk menikah dan membangun keluarga. Disamping itu banyak selir yang terlalu tua setelah mengabdi di istana kekaisaran malah memilih untuk dipekerjakan di istana sebagai pembantu atau mengejar kehidupan sebagai seorang biarawati.
Salah satu bagian yang kurang populer dari pergundikan adalah kenyataan bahwa selir itu dianggap "milik pribadi" penguasa. Mereka melakukan apapun yang diinginkan raja, termasuk membawa mereka bersamanya ke alam baka. Di banyak makam bangsawan yang lebih tua kita menemukan sisa-sisa beberapa wanita dengan usia yang sama atau sedikit lebih muda yang dikubur dekat dengan seorang penguasa yang mengindikasikan bahwa itu adalah salah satu praktek pergundikan. Para permaisuri kekaisaran entah dieksekusi oleh kasim istana atau memilih untuk bunuh diri, biasanya dengan menggantung diri dengan syal sutra atau dengan meminum racun.
Pada awal pertama dari selir Dinasti Ming, sering ditemukan para selir dikeringkan dan dikubur di makam terpisah di dekat kaisar yang telah meninggal. Dalam beberapa kasus, ada selir yang dikubur hidup-hidup dalam posisi berdiri, dipercayai untuk menyambut kedatangan kaisar di akhirat kelak.
Selir terakhir China
Li Yuqin adalah selir terakhir di dalam sejarah kekaisaran China, dia diperbudak sejak usia 15 tahun, terjadi pada tahun 1943, ketika permaisuri kaisar Pu Yi, Wan Rong hidupnya hancur oleh opium dan setelah itu Wan Rong dan Puyi bercerai, dan seorang selir kedua meninggal dunia. dalam keadaan yang terdesak, tangan kanan kaisar memutuskan bahwa Pu Yi membutuhkan permaisuri baru, dan Puyi diberikan pilihan dengan cara mengambil pilihannya dari foto-foto siswi sekolah lokal. Dia memilih Li Yuqin, yang dipinang dari rumahnya dan menyetujui bahwa dia akan pergi ke istana untuk belajar. Gadis muda itu bahkan tidak menyadari apa yang akan menantinya. "Karena saya pikir saya pergi ke sana untuk belajar, saya bahkan mengambil tas sekolah saya. Saya sangat tidak bersalah saat itu, berpikir saya bisa melarikan diri jika saya tidak menyukainya. Namun ternyata itu benar-benar mustahil untuk melarikan diri," kata Li Yuqin.
Li tetap baik hati dalam penilaiannya terhadap Pu Yi, yang akhirnya dibebaskan dari penjara pada tahun 1959 dan dikirim untuk bekerja di kebun raya Peking sampai ia meninggal, tanpa anak karena kanker pada tahun 1967. "Pu Yi memiliki banyak aspek, ia penakut, curiga, mudah tersinggung ... tetapi sebagai manusia, ia juga menderita banyak kesakitan dan penderitaan jauh lebih berat daripada orang biasa, "katanya. Li Yuqin adalah permaisuri wanita terakhir dari kaisar terakhir Cina.
ilustrasi selir didalam istana terlarang
Hirarki internal yang kuat bersifat tidak fleksibel dan peran permaisuri akan menjaga peringkat tidak resmi mereka dan melakukan apa pun untuk mencegah mereka naik ke tingkat yang lebih tinggi. Kecemburuan dan pertengkaran di antara para selir seringkali terjadi dan memastikan bahwa kehidupan sehari-hari mereka jauh dari kehidupan yang menyenangkan. Menghabiskan malam dengan kaisar sulit didapat karena banyaknya selir yang tersedia sehingga para selir akan saling bersaing dengan keras terhadap satu sama lain.
Sementara dalam istana tidak diperbolehkan selir diizinkan untuk berkomunikasi dengan dunia luar baik secara secara langsung maupun bahkan melalui surat, larangan ini sampai tidak memungkinkan seorang tabib masuk ke istana dan melihat seorang selir yang sedang sakit, kalau ada selir yang sakit, penyakitnya akan dijelaskan dan resep diperoleh dan dikelola sesuai dengan saran dokter.
Tetapi ada beberapa situasi di mana seorang selir akan meninggalkan istana. Sama seperti kaisar dapat menerima selir sebagai hadiah dari penguasa asing, demikian juga kaisar memiliki wewenang untuk menghadiahkan salah satu gundiknya sebagai hadiah kepada penguasa asing, namun bisa dikatakan bahwa hal itu hanyalah pergantian antara satu penjara dengan penjara baru lainnya.
Beberapa selir diizinkan untuk kembali ke keluarga mereka dengan konpensasi pensiun yang memadai setelah bertahun-tahun melayani kaisar. Periode minimum untuk melayani kekaisaran ditetapkan selama lima tahun oleh Kaisar Hongwu pada tahun 1389. Para selir yang pensiun ini bebas untuk mengejar kehidupan normal, termasuk menikah dan membangun keluarga. Disamping itu banyak selir yang terlalu tua setelah mengabdi di istana kekaisaran malah memilih untuk dipekerjakan di istana sebagai pembantu atau mengejar kehidupan sebagai seorang biarawati.
Salah satu bagian yang kurang populer dari pergundikan adalah kenyataan bahwa selir itu dianggap "milik pribadi" penguasa. Mereka melakukan apapun yang diinginkan raja, termasuk membawa mereka bersamanya ke alam baka. Di banyak makam bangsawan yang lebih tua kita menemukan sisa-sisa beberapa wanita dengan usia yang sama atau sedikit lebih muda yang dikubur dekat dengan seorang penguasa yang mengindikasikan bahwa itu adalah salah satu praktek pergundikan. Para permaisuri kekaisaran entah dieksekusi oleh kasim istana atau memilih untuk bunuh diri, biasanya dengan menggantung diri dengan syal sutra atau dengan meminum racun.
Pada awal pertama dari selir Dinasti Ming, sering ditemukan para selir dikeringkan dan dikubur di makam terpisah di dekat kaisar yang telah meninggal. Dalam beberapa kasus, ada selir yang dikubur hidup-hidup dalam posisi berdiri, dipercayai untuk menyambut kedatangan kaisar di akhirat kelak.
salah satu makam selir era Ming
Selir terakhir China
Aisin Gioro Pu yi kaisar terakhir China
Li Yuqin adalah selir terakhir di dalam sejarah kekaisaran China, dia diperbudak sejak usia 15 tahun, terjadi pada tahun 1943, ketika permaisuri kaisar Pu Yi, Wan Rong hidupnya hancur oleh opium dan setelah itu Wan Rong dan Puyi bercerai, dan seorang selir kedua meninggal dunia. dalam keadaan yang terdesak, tangan kanan kaisar memutuskan bahwa Pu Yi membutuhkan permaisuri baru, dan Puyi diberikan pilihan dengan cara mengambil pilihannya dari foto-foto siswi sekolah lokal. Dia memilih Li Yuqin, yang dipinang dari rumahnya dan menyetujui bahwa dia akan pergi ke istana untuk belajar. Gadis muda itu bahkan tidak menyadari apa yang akan menantinya. "Karena saya pikir saya pergi ke sana untuk belajar, saya bahkan mengambil tas sekolah saya. Saya sangat tidak bersalah saat itu, berpikir saya bisa melarikan diri jika saya tidak menyukainya. Namun ternyata itu benar-benar mustahil untuk melarikan diri," kata Li Yuqin.
Li yuqin, selir terakhir dalam sejarah kerajaan China
Li tetap baik hati dalam penilaiannya terhadap Pu Yi, yang akhirnya dibebaskan dari penjara pada tahun 1959 dan dikirim untuk bekerja di kebun raya Peking sampai ia meninggal, tanpa anak karena kanker pada tahun 1967. "Pu Yi memiliki banyak aspek, ia penakut, curiga, mudah tersinggung ... tetapi sebagai manusia, ia juga menderita banyak kesakitan dan penderitaan jauh lebih berat daripada orang biasa, "katanya. Li Yuqin adalah permaisuri wanita terakhir dari kaisar terakhir Cina.
Sementara pergundikan telah dilalui dalam banyak agama dan budaya di seluruh dunia, dan hal itu masih hidup di banyak negara hingga saat ini.
Sumber
Sumber
0 comments:
Post a Comment