Holy Roman Empire 1155-1273 Bagian Ke II Hohenstaufen - Interregnum
Kekaisaran Romawi Suci ( bahasa Latin : Sacrum Romanum Imperium ; Jerman : Heiliges Römisches Reich ) adalah sebuah kekaisaran yang diisi oleh bangsa-bangsa yang multi-etnis di Eropa Tengah dan berkembang selama Abad Pertengahan Awal dan berlanjut sampai pembubarannya pada tahun 1806. Wilayah terluas dari kekaisaran setelah tahun 962 adalah Kerajaan Jerman yang digabung dengan Kerajaan Bohemia , Kerajaan Burgundia , Kerajaan Italia , dan banyak wilayah lainnya.
Wilayah Holy roman Emperor dibawah dinasty Hohenstaufen
Dinasty Hohenstaufen
Ketika dinasti Salian berakhir dengan kematian Henry V pada tahun 1125, para bangsawan yang memiliki hak pilih memilih untuk tidak mendukung keluarga dari dinasty sebelumnya, mereka malah mengesahkan Lothair, Duke of Saxony yang memliki kekuatan yang cukup kuat namun sayang usianya sudah tua. Ketika dia meninggal pada tahun 1138, para elector kembali mengoreksi kekuatan faksi kerajaan, karenanya mereka tidak memilih ahli waris yang disarankan oleh Lothair yaitu menantunya, Henry the Proud dari keluarga Welf. Mereka akhirnya memilih Conrad III dari keluarga Hohenstaufen yang masih merupakan kerabat dekat dari keluarga Salians, yang dahulu menyebabkan lebih dari satu abad perselisihan antar bangsawan. Conrad menggulingkan Welfs dari tahta mereka, tetapi setelah kematiannya pada tahun 1152, keponakannya Frederick I "Barbarossa" membentuk perdamaian kembali dengan Welfs, mengembalikan kepada Henry The Lion semua kerugian yang hilang sebelumnya.
Penguasa Hohenstaufen meminjamkan tanah kepada para minister, yang diharapkan Frederick akan lebih dapat diandalkan daripada para bangsawan. Awalnya digunakan terutama untuk urusan militer, kelas baru ini menjadi basis bagi kesatria-kesatria kedepannya yang akan menjadi salah satu kekuatan bagi kekaisaran. Langkah konstitusional penting lainnya di Roncaglia adalah pembentukan sebuah perdamaian baru (Landfrieden) untuk semua penghuni didalam Kekaisaran, sebuah upaya untuk menghapuskan perseteruan pribadi antara satu dengan lainnya secara universal tidak hanya diantara para adipati, tetapi di sisi lain juga menjadi sarana untuk menjamin bawahan Kaisar ke sistem hukum yurisdiksi dan penuntutan terhadap tindakan kriminal (pendahulu dari konsep modern untuk "aturan hukum"). Konsep baru lainnya pada waktu itu adalah fondasi sistematis terhadap kota-kota baru, baik oleh Kaisar maupun para adipati setempat yang sebagian disebabkan oleh karena ledakan populasi sekaligus juga untuk memusatkan kekuatan ekonomi kedalam lokasi-lokasi strategis. menggantikan cara dulu yang dimana kota ala Romawi lama atau wilayah gerejawi. Kota-kota yang didirikan pada abad ke-12 termasuk Freiburg, diperkirakan menjadi model ekonomi untuk banyak kota hari ini seperti contohnya Munich.
Frederick I "Barbarosa"
Frederick dimahkotai menjadi Kaisar pada tahun 1155 dan ia menegakkan kaisar yang sesungguhnya dari makna "Kekaisaran", contohnya adalah dalam upaya untuk membenarkan kekuasaan Kaisar secara independen dari Paus. Majelis kekaisaran yang mengatur Roncaglia pada tahun 1158 merebut kembali hak-hak kekaisaran seperti dalam referensi Corpus Juris Civilis milik Justinianus dahulu. Hak kekaisaran telah disebut sebagai regalia sejak Kontroversi Investigasi, dan disebutkan di Roncaglia juga. Daftar komprehensif ini termasuk mengatur jalan umum, tarif dan ekonomi, pengumpulan biaya hukuman dan penobatan, kekuasaan dan pengangkatan pemegang administratif. Hak-hak ini secara eksplisit berakar pada Hukum Romawi.
Kebijakan-kebijakan Frederick itu terutama diarahkan ke Italia, di mana dia berbenturan dengan kota-kota kaya dan berpikiran bebas di utara, terutama Milan. Dia juga melibatkan diri dalam konflik lain dengan Kepausan dengan mendukung seorang kandidat yang dipilih oleh sebagian pihak untuk melawan Paus Alexander III (1159–81). Frederick mendukung suksesi antipope sebelum akhirnya berdamai dengan Alexander pada tahun 1177. Di Jerman, Kaisar juga berulang kali melindungi Henry sang Singa terhadap keluhan dan protes para pangeran atau penguasa pesaing (terutama dalam kasus Munich dan Lübeck) namun Henry hanya memberikan dukungan yang tidak jelas kepada kebijakan Frederick, dan dalam situasi kritis selama perang Italia, Henry menolak permintaan Kaisar untuk dukungan militer. Setelah kembali ke Jerman, Frederick yang sakit hati membuka persidangan melawan dia, yang mengakibatkan pengucilan dan penyitaan seluruh wilayahnya. Pada tahun 1190, Frederick berpartisipasi dalam Perang Salib Ketiga dan meninggal di Kerajaan Kilikia Armenia.
Selama periode Hohenstaufen, para pangeran Jerman memfasilitasi sebuah pemukiman timur yang minim populasi dan saat itu hanya dihuni oleh orang-orang slavia yang jumlahnya sedikit secara meyakinkan dan berhasil. Para petani, pedagang, dan pengrajin berbahasa Jerman dari bagian barat Kekaisaran, baik Kristen maupun Yahudi, pindah ke daerah-daerah ini. Jermanisasi bertahap terhadap tanah ini adalah fenomena kompleks yang tidak bisa ditafsirkan dalam istilah bias nasionalisme seperti di abad ke-19. Permukiman di bagian timur memperluas pengaruh kekaisaran untuk memasukkan Pommern dan Silesia dengan cara perkimpoian antar penduduk setempat, namun sebagian besar dari mereka masih mempertahankan identitas Slavia, dan juga antara penguasa setempat dengan bangsawan Jerman. Para Ksatria Teutonik diundang ke Prusia oleh Adipati Conrad dari Masovia untuk mengkristenkan orang-orang Prusia pada tahun 1226. Keadaan monastik Ordo Teutonik (Jerman : Deutschordensstaat) dan kemudian negara penerusnya kelak Jerman Prussia, bagaimanapun, tidak pernah menjadi bagian dari Kekaisaran Romawi Suci.
Di bawah putra dan penerus Frederick Barbarossa, Henry VI dari dinasti Hohenstaufen semakin berjaya. Henry menaklukan kerajaan dibawah orang-orang Norman di Sisilia ke wilayahnya, menahan raja Inggris Richard the Lionheart, dan memprakasai untuk membangun monarki turun-temurun ketika ia meninggal pada tahun 1197. Putranya, Frederick II terpilih sebagai raja namun karena masih anak kecil dan tinggal di Sisilia, pangeran Jerman memilih untuk memilih raja yang lebih dewasa. Mereka akhirnya melakukan pemilihan antara putra Frederick Barbarossa, Philip dari Swabia atau putra Henry sang singa, Otto of Brunswick dan mereka berdua bersaing memperebutkan mahkota. Hasilnya adalah Otto menang untuk sementara waktu setelah Philip dibunuh dalam perselisihan pada tahun 1208 setelah itu ia langsung mengklaim wilayah Sisilia.
Ketika dinasti Salian berakhir dengan kematian Henry V pada tahun 1125, para bangsawan yang memiliki hak pilih memilih untuk tidak mendukung keluarga dari dinasty sebelumnya, mereka malah mengesahkan Lothair, Duke of Saxony yang memliki kekuatan yang cukup kuat namun sayang usianya sudah tua. Ketika dia meninggal pada tahun 1138, para elector kembali mengoreksi kekuatan faksi kerajaan, karenanya mereka tidak memilih ahli waris yang disarankan oleh Lothair yaitu menantunya, Henry the Proud dari keluarga Welf. Mereka akhirnya memilih Conrad III dari keluarga Hohenstaufen yang masih merupakan kerabat dekat dari keluarga Salians, yang dahulu menyebabkan lebih dari satu abad perselisihan antar bangsawan. Conrad menggulingkan Welfs dari tahta mereka, tetapi setelah kematiannya pada tahun 1152, keponakannya Frederick I "Barbarossa" membentuk perdamaian kembali dengan Welfs, mengembalikan kepada Henry The Lion semua kerugian yang hilang sebelumnya.
Penguasa Hohenstaufen meminjamkan tanah kepada para minister, yang diharapkan Frederick akan lebih dapat diandalkan daripada para bangsawan. Awalnya digunakan terutama untuk urusan militer, kelas baru ini menjadi basis bagi kesatria-kesatria kedepannya yang akan menjadi salah satu kekuatan bagi kekaisaran. Langkah konstitusional penting lainnya di Roncaglia adalah pembentukan sebuah perdamaian baru (Landfrieden) untuk semua penghuni didalam Kekaisaran, sebuah upaya untuk menghapuskan perseteruan pribadi antara satu dengan lainnya secara universal tidak hanya diantara para adipati, tetapi di sisi lain juga menjadi sarana untuk menjamin bawahan Kaisar ke sistem hukum yurisdiksi dan penuntutan terhadap tindakan kriminal (pendahulu dari konsep modern untuk "aturan hukum"). Konsep baru lainnya pada waktu itu adalah fondasi sistematis terhadap kota-kota baru, baik oleh Kaisar maupun para adipati setempat yang sebagian disebabkan oleh karena ledakan populasi sekaligus juga untuk memusatkan kekuatan ekonomi kedalam lokasi-lokasi strategis. menggantikan cara dulu yang dimana kota ala Romawi lama atau wilayah gerejawi. Kota-kota yang didirikan pada abad ke-12 termasuk Freiburg, diperkirakan menjadi model ekonomi untuk banyak kota hari ini seperti contohnya Munich.
Frederick I "Barbarosa"
Frederick I "Barbarossa"
Frederick dimahkotai menjadi Kaisar pada tahun 1155 dan ia menegakkan kaisar yang sesungguhnya dari makna "Kekaisaran", contohnya adalah dalam upaya untuk membenarkan kekuasaan Kaisar secara independen dari Paus. Majelis kekaisaran yang mengatur Roncaglia pada tahun 1158 merebut kembali hak-hak kekaisaran seperti dalam referensi Corpus Juris Civilis milik Justinianus dahulu. Hak kekaisaran telah disebut sebagai regalia sejak Kontroversi Investigasi, dan disebutkan di Roncaglia juga. Daftar komprehensif ini termasuk mengatur jalan umum, tarif dan ekonomi, pengumpulan biaya hukuman dan penobatan, kekuasaan dan pengangkatan pemegang administratif. Hak-hak ini secara eksplisit berakar pada Hukum Romawi.
Ilustrasi perang Italia
Kebijakan-kebijakan Frederick itu terutama diarahkan ke Italia, di mana dia berbenturan dengan kota-kota kaya dan berpikiran bebas di utara, terutama Milan. Dia juga melibatkan diri dalam konflik lain dengan Kepausan dengan mendukung seorang kandidat yang dipilih oleh sebagian pihak untuk melawan Paus Alexander III (1159–81). Frederick mendukung suksesi antipope sebelum akhirnya berdamai dengan Alexander pada tahun 1177. Di Jerman, Kaisar juga berulang kali melindungi Henry sang Singa terhadap keluhan dan protes para pangeran atau penguasa pesaing (terutama dalam kasus Munich dan Lübeck) namun Henry hanya memberikan dukungan yang tidak jelas kepada kebijakan Frederick, dan dalam situasi kritis selama perang Italia, Henry menolak permintaan Kaisar untuk dukungan militer. Setelah kembali ke Jerman, Frederick yang sakit hati membuka persidangan melawan dia, yang mengakibatkan pengucilan dan penyitaan seluruh wilayahnya. Pada tahun 1190, Frederick berpartisipasi dalam Perang Salib Ketiga dan meninggal di Kerajaan Kilikia Armenia.
Tiga raja besar dalam perang salib III
Selama periode Hohenstaufen, para pangeran Jerman memfasilitasi sebuah pemukiman timur yang minim populasi dan saat itu hanya dihuni oleh orang-orang slavia yang jumlahnya sedikit secara meyakinkan dan berhasil. Para petani, pedagang, dan pengrajin berbahasa Jerman dari bagian barat Kekaisaran, baik Kristen maupun Yahudi, pindah ke daerah-daerah ini. Jermanisasi bertahap terhadap tanah ini adalah fenomena kompleks yang tidak bisa ditafsirkan dalam istilah bias nasionalisme seperti di abad ke-19. Permukiman di bagian timur memperluas pengaruh kekaisaran untuk memasukkan Pommern dan Silesia dengan cara perkimpoian antar penduduk setempat, namun sebagian besar dari mereka masih mempertahankan identitas Slavia, dan juga antara penguasa setempat dengan bangsawan Jerman. Para Ksatria Teutonik diundang ke Prusia oleh Adipati Conrad dari Masovia untuk mengkristenkan orang-orang Prusia pada tahun 1226. Keadaan monastik Ordo Teutonik (Jerman : Deutschordensstaat) dan kemudian negara penerusnya kelak Jerman Prussia, bagaimanapun, tidak pernah menjadi bagian dari Kekaisaran Romawi Suci.
Di bawah putra dan penerus Frederick Barbarossa, Henry VI dari dinasti Hohenstaufen semakin berjaya. Henry menaklukan kerajaan dibawah orang-orang Norman di Sisilia ke wilayahnya, menahan raja Inggris Richard the Lionheart, dan memprakasai untuk membangun monarki turun-temurun ketika ia meninggal pada tahun 1197. Putranya, Frederick II terpilih sebagai raja namun karena masih anak kecil dan tinggal di Sisilia, pangeran Jerman memilih untuk memilih raja yang lebih dewasa. Mereka akhirnya melakukan pemilihan antara putra Frederick Barbarossa, Philip dari Swabia atau putra Henry sang singa, Otto of Brunswick dan mereka berdua bersaing memperebutkan mahkota. Hasilnya adalah Otto menang untuk sementara waktu setelah Philip dibunuh dalam perselisihan pada tahun 1208 setelah itu ia langsung mengklaim wilayah Sisilia.
Frederick II
Frederick Lahir di Iesi dekat Ancona, Italia. Frederick adalah putra kaisar Henry VI . Ia dikenal sebagai puer Apuliae (anak dari Apulia ). Beberapa kronik mengatakan bahwa ibunya, Constance yang berusia empat puluh tahun, melahirkan dia di lapangan umum untuk mematahkan keraguan tentang asal-usulnya. Frederick dibaptis di Assisi.
Pada tahun 1196 di Frankfurt am Main, bayi Frederick dipilih sebagai Raja Jerman. Hak tahtanya di Jerman ditentang oleh saudara Henry, Philip dari Swabia dan Otto dari Brunswick. Pada saat kematian ayahnya pada tahun 1197, Frederick sedang dalam perjalanan dari Italia ke Jerman, ketika berita buruk itu sampai ke walinya, Conrad of Spoleto, Frederick segera dibawa kembali ke ibunya, Constance di Palermo, Sisilia. Dia akhirnya dimahkotai pada tanggal 17 Mei 1198, pada usia tiga tahun di Sisilia.
Constance of Sicily adalah ratu Sisilia, dan ia menetapkan dirinya sebagai pemimpin daerah tersebut. Dengan klaim atas nama Frederick, dia membubarkan ikatan Sisilia dengan Jerman dan Kekaisaran yang diciptakan oleh pernikahannya, mengirim pulang para konselor Jerman dan melepaskan klaimnya atas tahta dan kerajaan Jerman.
Setelah kematian Constance pada tahun 1198, Paus Innocent III menjadi wali Frederick. Tutor Frederick selama periode ini adalah Cencio , yang akan menjadi Paus Honorius III. Namun, Markward of Annweiler, dengan dukungan saudara Henry, Philip dari Swabia pada tahun 1200, datang untuk menyerang Sisilia dan setahun kemudian menangkap Frederick muda. Ia memerintah Sisilia sampai tahun 1202 kemudian ia digantikan oleh bangsawan Jerman lainnya, William dari Capparone yang akan menjaga Frederick di bawah kekuasaannya di istana kerajaan Palermo sampai tahun 1206. Frederick kemudian diasuh oleh Walter of Palearia sampai tahun 1208, saat itu usianya dianggap sudah cukup. Tugas pertamanya saat memerintah adalah menegaskan kembali kekuasaannya atas Sisilia dan Italia selatan, di mana para baron lokal dan bangsawan lainnya telah merebut sebagian besar wewenang atas wilayah tersebut.
Paus Innocent III, yang khawatir akan ancaman yang ditimbulkan oleh penyatuan kekaisaran dan Sisilia, mendukung Frederick II menyerang Jerman dan mengalahkan Otto. Setelah kemenangannya, Fredericklah yang justru bertindak menyatukan kedua wilayah tersebut. Meskipun dia telah menaikan putranya, Henry, menjadi raja di Sisilia sebelum merebut Jerman, nyatanya dia masih memiliki kekuatan politik yang kuat untuk dirinya sendiri. Frederick dinobatkan menjadi Kaisar pada tahun 1220. Karena takut akan konsentrasi kekuasaan Frederick, Paus memilih untuk mengucilkan Kaisar, hal lain yang menjadi alasan adalah perang salib yang dijanjikan Frederick tetapi berulang kali selalu ditunda olehnya sendiri. Frederick akhirnya memimpin Perang Salib Keenam pada tahun 1228, yang berakhir dengan negosiasi dan pemulihan sementara Kerajaan Yerusalem.
Meskipun ia menduduki tahta kekaisaran, pemerintahan Frederick adalah titik balik utama menuju kepada disintegrasi pemerintahan. Ia terlalu berkonsentrasi pada pendirian negara yang modern dan terpusat di Sisilia, sehingga kebanyakan absen di Jerman dan membiarkan hak-hak istimewa yang luas ke pangeran-pangeran sekuler dan gerejawi Jerman. Pada tahun 1220 dalam Confoederatio cum principibus ecclesiasticis (perjanjian dengan bangsawan dan gereja), Frederick menyerahkan sejumlah regalia yang mendukung para uskup disana, di antaranya tarif, coining, dan fortifikasi. Tahun 1232, Statutum in favorem principum diperpanjang dengan hak-hak istimewa kepada pangeran-pangeran sekuler. Meskipun banyak dari hak istimewa ini sudah ada sebelumnya, sekarang hak mereka diberikan secara penuh dan untuk masa waktu abadi yang memungkinkan para pangeran Jerman membangun pemerintahannya di utara Alpen sementara Frederick berkonsentrasi pada Italia. Dokumen 1232 menandai untuk pertama kalinya para adipati Jerman disebut domini terræ, yang adalah pemilik aset/tanah pribadi.
Feederick II
Frederick Lahir di Iesi dekat Ancona, Italia. Frederick adalah putra kaisar Henry VI . Ia dikenal sebagai puer Apuliae (anak dari Apulia ). Beberapa kronik mengatakan bahwa ibunya, Constance yang berusia empat puluh tahun, melahirkan dia di lapangan umum untuk mematahkan keraguan tentang asal-usulnya. Frederick dibaptis di Assisi.
Pada tahun 1196 di Frankfurt am Main, bayi Frederick dipilih sebagai Raja Jerman. Hak tahtanya di Jerman ditentang oleh saudara Henry, Philip dari Swabia dan Otto dari Brunswick. Pada saat kematian ayahnya pada tahun 1197, Frederick sedang dalam perjalanan dari Italia ke Jerman, ketika berita buruk itu sampai ke walinya, Conrad of Spoleto, Frederick segera dibawa kembali ke ibunya, Constance di Palermo, Sisilia. Dia akhirnya dimahkotai pada tanggal 17 Mei 1198, pada usia tiga tahun di Sisilia.
Constance of Sicily adalah ratu Sisilia, dan ia menetapkan dirinya sebagai pemimpin daerah tersebut. Dengan klaim atas nama Frederick, dia membubarkan ikatan Sisilia dengan Jerman dan Kekaisaran yang diciptakan oleh pernikahannya, mengirim pulang para konselor Jerman dan melepaskan klaimnya atas tahta dan kerajaan Jerman.
Kelahiran Frederick II
Setelah kematian Constance pada tahun 1198, Paus Innocent III menjadi wali Frederick. Tutor Frederick selama periode ini adalah Cencio , yang akan menjadi Paus Honorius III. Namun, Markward of Annweiler, dengan dukungan saudara Henry, Philip dari Swabia pada tahun 1200, datang untuk menyerang Sisilia dan setahun kemudian menangkap Frederick muda. Ia memerintah Sisilia sampai tahun 1202 kemudian ia digantikan oleh bangsawan Jerman lainnya, William dari Capparone yang akan menjaga Frederick di bawah kekuasaannya di istana kerajaan Palermo sampai tahun 1206. Frederick kemudian diasuh oleh Walter of Palearia sampai tahun 1208, saat itu usianya dianggap sudah cukup. Tugas pertamanya saat memerintah adalah menegaskan kembali kekuasaannya atas Sisilia dan Italia selatan, di mana para baron lokal dan bangsawan lainnya telah merebut sebagian besar wewenang atas wilayah tersebut.
Paus Innocent III, yang khawatir akan ancaman yang ditimbulkan oleh penyatuan kekaisaran dan Sisilia, mendukung Frederick II menyerang Jerman dan mengalahkan Otto. Setelah kemenangannya, Fredericklah yang justru bertindak menyatukan kedua wilayah tersebut. Meskipun dia telah menaikan putranya, Henry, menjadi raja di Sisilia sebelum merebut Jerman, nyatanya dia masih memiliki kekuatan politik yang kuat untuk dirinya sendiri. Frederick dinobatkan menjadi Kaisar pada tahun 1220. Karena takut akan konsentrasi kekuasaan Frederick, Paus memilih untuk mengucilkan Kaisar, hal lain yang menjadi alasan adalah perang salib yang dijanjikan Frederick tetapi berulang kali selalu ditunda olehnya sendiri. Frederick akhirnya memimpin Perang Salib Keenam pada tahun 1228, yang berakhir dengan negosiasi dan pemulihan sementara Kerajaan Yerusalem.
Meskipun ia menduduki tahta kekaisaran, pemerintahan Frederick adalah titik balik utama menuju kepada disintegrasi pemerintahan. Ia terlalu berkonsentrasi pada pendirian negara yang modern dan terpusat di Sisilia, sehingga kebanyakan absen di Jerman dan membiarkan hak-hak istimewa yang luas ke pangeran-pangeran sekuler dan gerejawi Jerman. Pada tahun 1220 dalam Confoederatio cum principibus ecclesiasticis (perjanjian dengan bangsawan dan gereja), Frederick menyerahkan sejumlah regalia yang mendukung para uskup disana, di antaranya tarif, coining, dan fortifikasi. Tahun 1232, Statutum in favorem principum diperpanjang dengan hak-hak istimewa kepada pangeran-pangeran sekuler. Meskipun banyak dari hak istimewa ini sudah ada sebelumnya, sekarang hak mereka diberikan secara penuh dan untuk masa waktu abadi yang memungkinkan para pangeran Jerman membangun pemerintahannya di utara Alpen sementara Frederick berkonsentrasi pada Italia. Dokumen 1232 menandai untuk pertama kalinya para adipati Jerman disebut domini terræ, yang adalah pemilik aset/tanah pribadi.
Kerajaan Bohemian
Kerajaan Bohemia adalah kekuatan regional yang signifikan selama Abad Pertengahan didalam Holy Roman Emperor. Pada tahun 1212, Raja Ottokar I mengekstraksi Golden Bull of Sicily (dekrit resmi yang mengatur pemilihan tahta) dengan izin kaisar Frederick II, yang juga menegaskan gelar kerajaan untuk Ottokar beserta keturunannya dan Wilayah kadipaten Bohemia ditingkatkan menjadi sebuah kerajaan. Raja-raja Bohemian dibebaskan dari semua kewajiban kepada Kekaisaran Romawi Suci kecuali untuk urusan partisipasi dalam dewan-dewan imperial.
Interregnum / kekosongan
Setelah kematian Frederick II pada tahun 1250, kerajaan Jerman dibagi-bagi kepada putranya Conrad IV (meninggal tahun 1254) dan antiraja (pesaing tahta utama), William dari Belanda (meninggal tahun 1256). Kematian Conrad diikuti oleh Interregnum , di mana tidak ada kaisar yang diakui secara universal, hal ini memungkinkan para bangsawan mengkonsolidasikan kepemilikan mereka dan menjadi penguasa yang lebih independen. Setelah 1257, mahkota diperebutkan antara Richard dari Cornwall, yang didukung oleh kaum Guelph, dan Alfonso X dari Kastilia , yang didukung oleh kaum Hohenstaufen, dia sendiri tidak pernah menginjakkan kakinya di tanah Jerman. Setelah kematian Richard pada tahun 1273, Interregnum berakhir dengan Rudolf I dari Jerman terpilih menjadi raja.
Dekrit golden bull of Sicily
Kerajaan Bohemia adalah kekuatan regional yang signifikan selama Abad Pertengahan didalam Holy Roman Emperor. Pada tahun 1212, Raja Ottokar I mengekstraksi Golden Bull of Sicily (dekrit resmi yang mengatur pemilihan tahta) dengan izin kaisar Frederick II, yang juga menegaskan gelar kerajaan untuk Ottokar beserta keturunannya dan Wilayah kadipaten Bohemia ditingkatkan menjadi sebuah kerajaan. Raja-raja Bohemian dibebaskan dari semua kewajiban kepada Kekaisaran Romawi Suci kecuali untuk urusan partisipasi dalam dewan-dewan imperial.
Interregnum / kekosongan
Setelah kematian Frederick II pada tahun 1250, kerajaan Jerman dibagi-bagi kepada putranya Conrad IV (meninggal tahun 1254) dan antiraja (pesaing tahta utama), William dari Belanda (meninggal tahun 1256). Kematian Conrad diikuti oleh Interregnum , di mana tidak ada kaisar yang diakui secara universal, hal ini memungkinkan para bangsawan mengkonsolidasikan kepemilikan mereka dan menjadi penguasa yang lebih independen. Setelah 1257, mahkota diperebutkan antara Richard dari Cornwall, yang didukung oleh kaum Guelph, dan Alfonso X dari Kastilia , yang didukung oleh kaum Hohenstaufen, dia sendiri tidak pernah menginjakkan kakinya di tanah Jerman. Setelah kematian Richard pada tahun 1273, Interregnum berakhir dengan Rudolf I dari Jerman terpilih menjadi raja.
Selama masa dari Dinasty Hohenstaufen hingga kekosongan tahta, kaisar Romawi umumnya memiliki hubungan yang naik turun dengan gereja, masing-masing memiliki ambisi maupun kepentingannya masing-masing.
Periode ini pula menandakan awal dari akhir abad pertengahan, dimana kelak setelah abad pertengahan berakhir, akan muncul banyak reformasi, baik didalam kekaisaran HRE maupun tanah eropa dibelahan lainnya.
Sumber
Sumber
sumber
0 comments:
Post a Comment