Waterleiding, Solusi Belanda Mendapatkan Air Bersih di Batavia
Pemasangan Pipa Air
Pendahuluan
Jauh
sebelum Belanda datang orang orang di Batavia menggunakan sungai
Ciliwung untuk memenuhi kebutuhan akan air. Mereka menimba air dari
sungai kemudian diindapkan satu atau dua hari atau dengan langsung nyuci
atau mandi di situ. Pas Belanda datang, mereka juga menggunakan kali
ciliwung untuk mendapatkan air. Mereka membangun kanal kanal disekitaran
benteng kota pada masa itu.
Pada abad 18 kota yang padet. Kebutuhan makin meningkat dan infrastruktur tidak mendukung. Kondisi kali Ciliwung mulai tercemar. Ditambah yang sudah kita tahu bahwa Jakarta tidak bisa lepas dari yang namanya masalah BANJIR. Masalah itu membuat Belanda semakin kesulitan mendapat air bersih. Mereka udah coba buat pancuran, kanal kanal, waterduq dan sebagainya. Namun hasilnya nihil. Hingga akhirnya pada 21 Oktober 1918 melalu sidang Gementee (kotamdya) Pemerintah setuju untuk membangun Waterleiding. Pembangunan proyek ini kemudian berlangsung selama empat tahun.
Pada abad 18 kota yang padet. Kebutuhan makin meningkat dan infrastruktur tidak mendukung. Kondisi kali Ciliwung mulai tercemar. Ditambah yang sudah kita tahu bahwa Jakarta tidak bisa lepas dari yang namanya masalah BANJIR. Masalah itu membuat Belanda semakin kesulitan mendapat air bersih. Mereka udah coba buat pancuran, kanal kanal, waterduq dan sebagainya. Namun hasilnya nihil. Hingga akhirnya pada 21 Oktober 1918 melalu sidang Gementee (kotamdya) Pemerintah setuju untuk membangun Waterleiding. Pembangunan proyek ini kemudian berlangsung selama empat tahun.
Lalu apa itu waterleiding?
Dalam bahasa belanda "leiding" berarti "saluran" sementara itu "water" berarti "air" jadi ya artinya "saluran air" Dari sinilah kita mengenal istilah ledeng yang
biasanya merujuk pada air keran atau keran. Karena pada masa itu, untuk
mendapatkan air waterleideng ya ahrus menggunakan keran. Sudah muak
dengan air Ciliwung, bukanya menggunakan dari wilayah Jakarta justru
Belanda mendatangkan air langsung dari BOGOR. Sederhananya mereka
membangun pipa dari Bogor ampe Jakarta. Yang kalo diitung kira jaraknya
90-100 KM!
Bagaimana Belanda Mengangkut Air ke Jakarta?
Air
ini didatangkan dari wilayah Bogor, lebih tepatnya daerah
Ciomas. Disitu ada sumber mata air yang dikenal sumber air Ciburial.
Sumber mata air ini berada dalam wliayah tanah partikelir (tanah yang
dimiliki oleh perseorangan. Pemilik berhak mengatur tanah tersebut).
Tanah partikelir ini dimiliki oleh seoran Belanda bernama de Steur. Pada
awal abad 20 sumber air ini ditemukan. Sebelum jadi sumber air,
Ciburial dikenal sebagai kolam pemandian baik untuk warga lokal atau
juga untuk orang Belanda ketika mereka berlibur ke daerah Buitenzorg
(Bogor). Waterleiding diresmikan tanggal 23 Desember 1922. Yang mana menjadi tanggal hari jadi PAM Jaya
Di Ciburial ada 9 sumur air. Dari sumur ini kemudian dialirkan ke
bangunan bernama Gudang Peralihan. Dari gudang peralihan,air diberikan
campuran kimia tertentu agar menjadi bersih dan layak konsumsi. Setelah
itu air dikumpulkan kembali di sebuag gedung yang namanya Gudang Air
Induk. Gudang ini menampung air sebelum dialirkan ke Batavia.
Dari Gudang air Induk air dialirkan ke Batavia melalui dua buah pipa. Kenapa dua? karena kalo yang satu rusak air masih bisa ngaliri ke Jakarta. Pipa pipa ini ditanam di dalam tanah. Tapi kalo dia nyebrang suatu sungai biasanya keliatan tuh pipanya. Untuk sampai ke Jakarta air tersebut melewati beberapa pos. Yang bangunan nya masih ada sampe sekarang.
Pos ini berbentuk seperti Gardu yang berfungsi memeriksa dan memantau aliran pasokan air yang dikirim ke kota Batavia. Pos pertama ada di Jl. Ahmad Yani, Bogor. Orang Bogor pasti tahu taman air mancur. Nah di taman itu ada gardu yang bertuliskan angka 1922.
Gardu Air Mancur, Bogor
Jika
debit air di sumber air Ciburial bagus sementara debit air di gardu
jelek maka bisa jadi ada kebocoran pipa. Kalo kaya gitu, maka air
biasanya dibuang atau dialihkan dulu ke sungai Ciliwung. Gardu
berikutnya ada di Jl. Raya Bogor Km 46, Cibinong. Gardu ini kurang lebih
memiliki fungsi yang sama dengan gardu yang sebelumnya. Pos Selanjutnya
ada di daerah Jl. raya Bogor Km 22, Pasar Rebo. Gardu ini juga sama
akay sebelumnya. Tapi disini ada gudang penyimpanan air sebelum
dialirkan ke Kota Batavia
Gardu Air Pasar Rebo
Gardu terakhir letaknya ada di deket
lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Pas di depan Kantor Pos. Gardu ini
berfungsi sebagai pengaman terakhir apabila terjadi kerusakan atau hal
yang tidak diinginkan maka air akan di alihkan ke kanal depan Pasar
Baru.
Gardu Air Lapangan Banteng
Gardu Air Lapangan Banteng
Siapa yang Menikmati Air?
Tentu
saja hanya segelintir orang yang dapat menikmati air waterleiding ini.
Pembangungan waterleiding bersamaan dengan pembangunan kawasan perumahan
menteng. Sehingga orang elit eropa yang dapat menikmati air ini. Untuk
mendapatkan akses air, maka mereka harus beralngganan dan membayar
sejumlah uang yang cukup mahal. Selain rumah, kantor pemerintahan juga
mendapatkan akses air.
Tapi pemerintah belanda juga membangun hidran hidran yang dapat diakses oleh warga. Tentu saja hidran ini sangat sedikit jumlahnya. Sehingga orang harus antri untuk mendapatkannya. Air ini juga ditampung di Menara Air Manggarai.
Setelah berhasil membangun sistim ini. Waterleiding akhirnya diterapakan di kota kota lain di Indonesia.
Tapi pemerintah belanda juga membangun hidran hidran yang dapat diakses oleh warga. Tentu saja hidran ini sangat sedikit jumlahnya. Sehingga orang harus antri untuk mendapatkannya. Air ini juga ditampung di Menara Air Manggarai.
Setelah berhasil membangun sistim ini. Waterleiding akhirnya diterapakan di kota kota lain di Indonesia.
infografis:
0 comments:
Post a Comment