Friday 4 May 2018

Deportasi Tatar Krimea


Tatar Krimea:

Tatar Krimea menguasai Kekhanan Krimea dari 1441 sampai 1783, saat Krimea dianeksasi oleh Kekaisaran Rusia sebagai target ekspansionisme Rusia. Populasi pemakai bahasa Turkic di Krimea kebanyakan menganut Islam pada abad ke-14, setelah perpindahan agama Ozbeg Khan dari Gerombolan Emas. Ini adalah negara yang paling lama bertahan dari Gerombolan Emas. Mereka sering mengadakan konflik dengan Moskwa—dari tahun 1468 sampai abad ke-17, Tatar Krimea hampir sering mengadakan pencaplokan tahunan terhadap wilayah-wilayah Slavik, menangkap beberapa orang untuk dipakai dalam perdagangan budak—dan sangat berhadapan dengan kekuasaan Rusia yang baru. Sehingga, Tatar mulai meninggalkan Krimea dalam beberapa arus emigrasi. Antara 1784 dan 1790, dari total populasi sekitar satu juta, sekitar 300.000 Tatar Krimea pindah ke Kekaisaran Utsmaniyah.
Perang Krimea menimbulkan eksodus massal lainnya terhadap Tatar. Antara 1855 dan 1866, sekitar 500.000 Muslim, dan mungkin 900.000, meninggalkan Kekaisaran Rusia dan beremigrasi ke Kekaisaran Utsmaniyah. Dari angka tersebut, sekitar sepertiganya berasal dari Krimea, sementara sisanya berasal dari Kaukausus. Para emigran tersebut terdiri dari 15–23% dari total populasi Krimea. Kekaisaran Rusia memakainya untuk makin me-Rusifikasi-kan "Rusia Baru". Kemudian, Tatar Krimea menjadi minoritas di Krimea; pada 1783, mereka terdiri dari 98% dari populasi, namun pada 1897, angkanya turun menjadi 34,1%. Saat Tatar Krimea beremigrasi, pemerintah Rusia mendorong Rusifikasi semenanjung tersebut, mendudukinya dengan orang Rusia, orang Ukraina dan kelompok etnis Slavik lainnya; Rusifikasi tersebut berlanjut pada era Soviet.
Setelah Revolusi Oktober 1917, Krimea diberi status otonomi di dalam USSR pada 18 Oktober 1921, namun kolektivisasi pada 1920-an berujung pada bencana kelaparan dimana lebih dari 100.000 orang Krimea sekarat saat tanaman mereka dibawa ke kawasan-kawasan yang "lebih berpengaruh" di Uni Soviet. Pada satu perkiraan, tiga per empat korban bencana kelaparan adalah Tatar Krimea. Status mereka makin menurun setelah Joseph Stalin menjadi pemimpin Soviet dan mulai menerapkan beberapa penindasan yang akan berujung pada kematian sekitar 5,2 juta warga Soviet antara 1927 dan 1938.
Pada 1940, Republik Sosialis Soviet Krimea memiliki sekitar 1,126,800 penduduk, dimana 218.000 orang, atau sekitar 19,4% dari populasi, adalah Tatar. Pada 1941, Jerman Nazi menginvasi Eropa Timur, menganeksasi sebagian besar barat USSR. Hukuman mati dipakai untuk hukuman kolektif bagi mereka yang telah berkolaborasi dengan pasukan pendudukan Jerman pada Perang Dunia Kedua. Catatan-catatan Soviet dari akhir 1940an menyatakan bahwa Tatar adalah suku bangsa pengkhianat, tanpa meninggalkan keraguan terhadap alasan-alasan untuk deportasi mereka. Opini ini menyebar sepanjang periode Soviet dan masih timbul sampai saat ini. Klaim-klaim tersebut disangkal oleh para nasionalis Tatar Krimea.

Tatar Krimea dengan tentara Jerman:


Menurut sumber-sumber Soviet, lebih dari 20.000 Tatar Krimea didaftarkan dan dikirim untuk bertarung melawan pasukan Nazi pada serangan Jerman di Uni Soviet. Beberapa Tatar Krima yang ditangkap yang bertugas dalam Tentara Merah dikirim ke kamp-kamp tahanan peran setelah pasukan Rumania dan Nazi menduduki Krimea. Meskipun awalnya Nazi menyerukan pembunuhan seluruh "ras rendah Asiatik", kebijakan tersebut direvisi saat menghadapi pemberontakan dari Tentara Merah. Mereka mulai merekrut pada tahanan Soviet pada 1942. Dalam mode ini, tentara Jerman membuat beberapa angkatan pendukung berbeda dari para tahanan perang Soviet. Dari November 1941, otoritas Jerman mengijinkan mereka untuk mendirikan Komite Muslim di berbagai kota sebagai pengakuan simbolik terhadap beberapa otoritas pemerintahan lokal, meskipun mereka tak diberi kekuasaan politik apapun.
Beberapa Tatar Krimea juga dihimpun dalam brigade-brigade Schutzmannschaft (batalion kepolisian) dan Selbstschutz (pertahanan diri) untuk melindungi desa-desa Tatar Krimea dari serangan-serangan partisan serta mematahkan partisan-partisan Soviet. Namun, unit-unit tersebut biasanya berpihak pada siapapun yang terkuat di sebuah kawasan. Partisan-partisan tersebut juga menyerbu desa-desa mereka untuk meraih kolaborasi. Menurut bukti Jerman dan Tatar Krimea, pasukan Jerman menghimpun antara 15.000 dan 20.000 Tatar Krimea untuk membentuk batalion-batalion pertahanan diri.
Kebanyakan hiwis (pemberi bantuan), keluarga mereka dan seluruh orang yang berkaitan dengan Komite Muslim dievakuasi ke Jerman dan Hongaria atau Dobruca oleh Wehrmacht dan tentara Rumania dimana mereka bergabung dengan divisi Turkic Timur. Beberapa perwira Soviet juga mengakui hal ini dan menolak klaim bahwa mereka mengkhianati Uni Soviet secara massal. Namun, dengan penarikan Jerman, suara-suara yang menuntut penghukuman orang-orang Tatar makin bertumbuh. Selain itu, keberadaan Komite Muslim yang diorganisir dari Berlin oleh Edige Kirimal dan para anggota diaspora Turki dan Dobrucan lainnya utamanya nampak dipandang buruk pemerintah Soviet. Hubungan Tatar dengan Turki oleh para nasionalis juga makin dicurigai.
Namun, tak semua orang dari kelompok etnis tersebut ikut dalam kolaborasi; contohnya, Ahmet Özenbaşlı sangat menentang pendudukan dan menjalin kontak rahasia dengan gerakan pemberontakan Soviet untuk memberi mereka informasi politik dan strategis bernilai. Beberapa Tatar Krimea juga bertarung di sisi partisan seperti gerakan Tarhanov dari 250 Tatar yang bertarung sepanjang 1942 sampai kehancuran mereka. Pendakwaan terhadap Tatar Krimea berkembang disamping ribuan orang dari mereka masih bertugas dalam Tentara Merah saat tentara tersebut menyerang Berlin. Ini juga dipandang benar-benar terjadi karena rencana Stalin untuk meraih kekuasaan bulat atas Krimea. Soviet berencana untuk meraih akses ke Dardanelles dan menguasai wilayah di Turki dimana Tatar Krimea memiliki kekerabatan etnis, juga berujung pada kembalinya mereka dipandang berpotensi tak setia.

Tatar yang berpihak pada Tentara Merah:


Lebih dari 130.000 orang tewas saat pendudukan Krimea oleh Blok Poros. Nazi menerapkan penindasan brutal, menghancurkan lebih dari 70 desa yang diduduki oleh sekitar 25% populasi Tatar Krimea. Ribuan Tatar Krimea dipaksa dipindah untuk bekerja sebagai Ostarbeiter di pabrik-pabrik Jerman di bawah naungan Gestapo di apa yang disebut sebagai "loka-loka karya budak", mengakibatkan hilangnya seluruh dukungan Tatar Krimea. Nazi menganggap Tatar Krimea dan berbagai suku bangsa lainnya sebagai "ras rendah". Pada April 1944, Tentara Merah memukul mundur pasukan Blok Poros dari semenanjung tersebut dalam Serangan Krimea


0 comments:

Post a Comment