Tatar Krimea:
Tatar Krimea menguasai Kekhanan Krimea dari 1441 sampai 1783, saat
Krimea dianeksasi oleh Kekaisaran Rusia sebagai target ekspansionisme
Rusia. Populasi pemakai bahasa Turkic di Krimea kebanyakan menganut
Islam pada abad ke-14, setelah perpindahan agama Ozbeg Khan dari
Gerombolan Emas. Ini adalah negara yang paling lama bertahan dari
Gerombolan Emas. Mereka sering mengadakan konflik dengan Moskwa—dari
tahun 1468 sampai abad ke-17, Tatar Krimea hampir sering mengadakan
pencaplokan tahunan terhadap wilayah-wilayah Slavik, menangkap beberapa
orang untuk dipakai dalam perdagangan budak—dan sangat berhadapan dengan
kekuasaan Rusia yang baru. Sehingga, Tatar mulai meninggalkan Krimea
dalam beberapa arus emigrasi. Antara 1784 dan 1790, dari total populasi
sekitar satu juta, sekitar 300.000 Tatar Krimea pindah ke Kekaisaran
Utsmaniyah.
Perang Krimea menimbulkan eksodus massal lainnya terhadap Tatar. Antara
1855 dan 1866, sekitar 500.000 Muslim, dan mungkin 900.000, meninggalkan
Kekaisaran Rusia dan beremigrasi ke Kekaisaran Utsmaniyah. Dari angka
tersebut, sekitar sepertiganya berasal dari Krimea, sementara sisanya
berasal dari Kaukausus. Para emigran tersebut terdiri dari 15–23% dari
total populasi Krimea. Kekaisaran Rusia memakainya untuk makin
me-Rusifikasi-kan "Rusia Baru". Kemudian, Tatar Krimea menjadi minoritas
di Krimea; pada 1783, mereka terdiri dari 98% dari populasi, namun pada
1897, angkanya turun menjadi 34,1%. Saat Tatar Krimea beremigrasi,
pemerintah Rusia mendorong Rusifikasi semenanjung tersebut, mendudukinya
dengan orang Rusia, orang Ukraina dan kelompok etnis Slavik lainnya;
Rusifikasi tersebut berlanjut pada era Soviet.
Setelah Revolusi Oktober 1917, Krimea diberi status otonomi di dalam
USSR pada 18 Oktober 1921, namun kolektivisasi pada 1920-an berujung
pada bencana kelaparan dimana lebih dari 100.000 orang Krimea sekarat
saat tanaman mereka dibawa ke kawasan-kawasan yang "lebih berpengaruh"
di Uni Soviet. Pada satu perkiraan, tiga per empat korban bencana
kelaparan adalah Tatar Krimea. Status mereka makin menurun setelah
Joseph Stalin menjadi pemimpin Soviet dan mulai menerapkan beberapa
penindasan yang akan berujung pada kematian sekitar 5,2 juta warga
Soviet antara 1927 dan 1938.
Pada 1940, Republik Sosialis Soviet Krimea memiliki sekitar 1,126,800
penduduk, dimana 218.000 orang, atau sekitar 19,4% dari populasi, adalah
Tatar. Pada 1941, Jerman Nazi menginvasi Eropa Timur, menganeksasi
sebagian besar barat USSR. Hukuman mati dipakai untuk hukuman kolektif
bagi mereka yang telah berkolaborasi dengan pasukan pendudukan Jerman
pada Perang Dunia Kedua. Catatan-catatan Soviet dari akhir 1940an
menyatakan bahwa Tatar adalah suku bangsa pengkhianat, tanpa
meninggalkan keraguan terhadap alasan-alasan untuk deportasi mereka.
Opini ini menyebar sepanjang periode Soviet dan masih timbul sampai saat
ini. Klaim-klaim tersebut disangkal oleh para nasionalis Tatar Krimea.
Tatar Krimea dengan tentara Jerman:
Menurut sumber-sumber Soviet, lebih dari 20.000 Tatar Krimea didaftarkan
dan dikirim untuk bertarung melawan pasukan Nazi pada serangan Jerman
di Uni Soviet. Beberapa Tatar Krima yang ditangkap yang bertugas dalam
Tentara Merah dikirim ke kamp-kamp tahanan peran setelah pasukan Rumania
dan Nazi menduduki Krimea. Meskipun awalnya Nazi menyerukan pembunuhan
seluruh "ras rendah Asiatik", kebijakan tersebut direvisi saat
menghadapi pemberontakan dari Tentara Merah. Mereka mulai merekrut pada
tahanan Soviet pada 1942. Dalam mode ini, tentara Jerman membuat
beberapa angkatan pendukung berbeda dari para tahanan perang Soviet.
Dari November 1941, otoritas Jerman mengijinkan mereka untuk mendirikan
Komite Muslim di berbagai kota sebagai pengakuan simbolik terhadap
beberapa otoritas pemerintahan lokal, meskipun mereka tak diberi
kekuasaan politik apapun.
Beberapa Tatar Krimea juga dihimpun dalam brigade-brigade
Schutzmannschaft (batalion kepolisian) dan Selbstschutz (pertahanan
diri) untuk melindungi desa-desa Tatar Krimea dari serangan-serangan
partisan serta mematahkan partisan-partisan Soviet. Namun, unit-unit
tersebut biasanya berpihak pada siapapun yang terkuat di sebuah kawasan.
Partisan-partisan tersebut juga menyerbu desa-desa mereka untuk meraih
kolaborasi. Menurut bukti Jerman dan Tatar Krimea, pasukan Jerman
menghimpun antara 15.000 dan 20.000 Tatar Krimea untuk membentuk
batalion-batalion pertahanan diri.
Kebanyakan hiwis (pemberi bantuan), keluarga mereka dan seluruh orang
yang berkaitan dengan Komite Muslim dievakuasi ke Jerman dan Hongaria
atau Dobruca oleh Wehrmacht dan tentara Rumania dimana mereka bergabung
dengan divisi Turkic Timur. Beberapa perwira Soviet juga mengakui hal
ini dan menolak klaim bahwa mereka mengkhianati Uni Soviet secara
massal. Namun, dengan penarikan Jerman, suara-suara yang menuntut
penghukuman orang-orang Tatar makin bertumbuh. Selain itu, keberadaan
Komite Muslim yang diorganisir dari Berlin oleh Edige Kirimal dan para
anggota diaspora Turki dan Dobrucan lainnya utamanya nampak dipandang
buruk pemerintah Soviet. Hubungan Tatar dengan Turki oleh para
nasionalis juga makin dicurigai.
Namun, tak semua orang dari kelompok etnis tersebut ikut dalam
kolaborasi; contohnya, Ahmet Özenbaşlı sangat menentang pendudukan dan
menjalin kontak rahasia dengan gerakan pemberontakan Soviet untuk
memberi mereka informasi politik dan strategis bernilai. Beberapa Tatar
Krimea juga bertarung di sisi partisan seperti gerakan Tarhanov dari 250
Tatar yang bertarung sepanjang 1942 sampai kehancuran mereka.
Pendakwaan terhadap Tatar Krimea berkembang disamping ribuan orang dari
mereka masih bertugas dalam Tentara Merah saat tentara tersebut
menyerang Berlin. Ini juga dipandang benar-benar terjadi karena rencana
Stalin untuk meraih kekuasaan bulat atas Krimea. Soviet berencana untuk
meraih akses ke Dardanelles dan menguasai wilayah di Turki dimana Tatar
Krimea memiliki kekerabatan etnis, juga berujung pada kembalinya mereka
dipandang berpotensi tak setia.
Tatar yang berpihak pada Tentara Merah:
Lebih dari 130.000 orang tewas saat pendudukan Krimea oleh Blok Poros.
Nazi menerapkan penindasan brutal, menghancurkan lebih dari 70 desa yang
diduduki oleh sekitar 25% populasi Tatar Krimea. Ribuan Tatar Krimea
dipaksa dipindah untuk bekerja sebagai Ostarbeiter di pabrik-pabrik
Jerman di bawah naungan Gestapo di apa yang disebut sebagai "loka-loka
karya budak", mengakibatkan hilangnya seluruh dukungan Tatar Krimea.
Nazi menganggap Tatar Krimea dan berbagai suku bangsa lainnya sebagai
"ras rendah". Pada April 1944, Tentara Merah memukul mundur pasukan Blok
Poros dari semenanjung tersebut dalam Serangan Krimea
Diusir Memakai Gerbong Tersegel
Karena dakwaan kolaborasi Blok Poros pada Perang Dunia II, hukuman dan
dakwaan kolektif diterapkan pada sepuluh suku bangsa oleh pemerintah
Soviet, salah satunya adalah Tatar Krimea. Beberapa suku bangsa tersebut
dihukum dengan dideportasi ke kawasan-kawasan jauh Asia Tengah dan
Siberia.
Deportasi Tatar Krimea:
Pada 10 Mei 1944, Lavrentiy Beria merekomendasikan kepada Stalin bahwa
Tatar Krimea harus dideportasi jauh dari kawasan perbatasan karena
"tindakan-tindakan pengkhianatan" mereka. Disamping kenyataan bahwa
25.033 Tatar Krimea bertarung dalam Tentara Merah pada Perang Dunia II,
sekitar 15.000 sampai 20.000 didorong untuk bergabung dalam unit-unit
pertahanan diri yang melindungi desa-desa Tatar dan juga memburu para
partisan. Delapan Tatar Krimea bahkan dianugerahi penghargaan Pahlawan
Uni Soviet. Ini juga menghiraukan bahwa mayoritas kolaborator telah
dievakuasi dari Krimea oleh Wehrmacht yang beretret. Menurut
sumber-sumber Soviet, 20.000 Tatar Krimea dievakuasi dengan pasukan
Jerman yang beretret. Beberapa perwira negara kemudian mengklaim bahwa
Tatar Krimea yang singgah di semenanjung tersebut semuanya adalah
orang-orang yang tak mengkhianati Uni Soviet. Bahkan meskipun Tatar
Volga sebenarnya ikut serta dalam kolaborasi dalam jumlah melebihi Tatar
Krimea, dengan 35.000–40.000 sukarelawan bertarung dengan Blok Poros,
mereka terhindar dari jenis hukuman kolektif apapun. Beberapa etnisitas
lainnya juga menjadi kolaborator Nazi, bahkan sejumlah Rusia dan Yahudi,
yang menandakan bahwa beberapa orang di kawasan yang diduduki telah
dicanangkan secara paksa.
Lavrenty Beria:
Stalin mengeluarkan Perintah GKO No. 5859ss, yang menghimpun pemindahan
Tatar Krimea. Deportasi tersebut hanya berlangsung dalam tiga hari,
18–20 Mei 1944, dimana para agen NKVD datang dari rumah ke rumah untuk
mengumpulkan Tatar Krimea di bawah ancaman pistol dan memaksa mereka
memasuki kereta-kereta sapi tersegel yang akan memindahkan mereka sejauh
hampir 3.200 kilometres (2.000 mi) ke lokasi-lokasi terpencil di
Republik Sosialis Soviet Uzbek. Tatar diijinkan untuk membawa 500 kg
harta benda mereka per keluarga. Pada pukul 08.00 di hari pertama, NKVD
membawa 90.000 Tatar Krimea ke 25 kereta. Keesokan harinya, 136.412
orang lainnya di bawah ke gerbong kereta. Mereka diantar ke
gerobak-gerobak penuh sesak selama beberapa pekan dan mengalami
kekurangan pangan dan air. Diperkirakan sekitar 228.392 orang
dideportasi dari Krimea, dimana setidaknya 191.044 adalah Tatar Krimea
dalam 47.000 keluarga. Semenjak 7.889 orang diantar dalam pemindahan
panjang di gerbong-gerbong tersegel, NKVD mendaftarkan 183.155 Tatar
Krimea yang datang ke tempat tujuan mereka di Asia Tengah. Mayoritas
orang yang dideportasi berasal dari pinggiran Krimea. Hanya 18,983 orang
yang diasingkan berasal dari kota-kota Krimea.
Pada 4 Juli 1944, NKVD resmi memberitahukan Stalin bahwa pemindahan
telah rampung. Namun, tak lama setelah laporan tersebut, NKVD menemukan
bahwa salah satu unitnya lupa untuk mendeportasi orang-orang dari
Daratan Sempit Arabat. Disamping menyiapkan perpindahan tambahan dalam
kereta-kereta, NKVD memasukkan ratusan Tatar Krimea ke sebuah perahu
tua, membawa mereka ke tengah-tengah Laut Azov, dan menenggelamkan kapal
tersebut, menenggelamkan seluruh orang di dalamnya pada 20 Juli.
Orang-orang yang tidak tenggelam dihabisi oleh senapan mesin.
Secara resmi, tak ada Tatar Krimea yang tersisa di Krimea. Deportasi
melibatkan setiap orang berdarah Tatar Krimea, termasuk anak-anak,
wanita dan lansia, dan bahkan orang-orang yang telah menjadi anggota
Partai Komunis atau Tentara Merah. Pada Maret 1949, sebanyak 8.995
mantan prajurit Tentara Merah berdarah Tatar Krimea didaftarkan dalam
pemukiman istimewa. Di antara para veteran tersebut, terdapat 534
perwira, 1.392 sersan, dan 7.079 prajurit. Terdapat juga 742 anggota
Partai Komunis Uni Soviet dan 1.225 anggota Komsomol. Menurut seorang
saksi mata Rusia dari deportasi tersebut, beberapa pria masih berpihak
di front Timur, namun deportasi tersebut menunggu mereka pada akhir
perang. Ini secara khusus melucuti para pahlawan perang; contohnya,
Ilyas Ablayev berjuang pada berbagai front dalam perang dan bertugas
dalam Tentara Merah sampai Mei 1947, kemudian diasingkan ke kawasan
Tashkent.
Pada pengusiran massal ini, otoritas Soviet merampas sekitar 80.000
rumah, 500.000 sapi, 360.000 hektare lahan, dan 40.000 ton hasil
pertanian yang ditinggalkan Tatar Krimea. Selain itu, seluruh Tatar
Krimea dipecat dari Tentara Merah. Disamping 191.000 Tatar Krimea yang
dideportasi, otoritas Soviet juga mengusir 9.620 orang Armenia, 12.420
orang Bulgaria, dan 15.040 orang Yunani dari semenanjung tersebut.
Semuanya secara kolektif dicap sebagai pengkhianat dan menjadi warga
kelas dua selama berdekade-dekade di USSR. Diantara orang-orang yang
dideportasi, terdapat juga 283 orang dari suku bangsa lainnya, orang
Italia, orang Rumania, orang Karaim, orang Kurdi, orang Ceko, orang
Hongaria, dan orang Kroasia. Pada 1947 dan 1948, 2.012 veteran lainnya
yang pulang dideportasi dari Krimea oleh MVD lokal.
151.136 Tatar Krimea dideportasi ke RSS Uzbek; 8.597 ke Republik
Sosialis Soviet Otonom Mari; dan 4.286 ke Republik Sosialis Soviet
Kazakh; dan 29.846 sisanya dikirim ke berbagai wilayah pinggiran di RSFS
Rusia. Saat Tatar Krimea datang ke tempat tujuan mereka di RSS Uzbek,
mereka dihadapkan dengan penentangan dari para warga lokal Uzbek yang
melempari batu ke mereka, bahkan anak-anak mereka, karena mereka
mendengar bahwa Tatar Krimea adalah "pengkhianat" dan "kolaborator
fasis." Orang-orang Uzbek juga memandang sinis karena mereka tak ingin
menjadi "tanah buangan untuk bangsa-bangsa pengkhianat." Pada
tahun-tahun berikutnya, beberapa serangan terhadap penduduk Tatar Krimea
tercatat, beberapa bersifat fatal.
Deportasi massal Krimea diorganisir oleh Lavrentiy Beria, ketua
kepolisian rahasia Soviet, NKVD, dan para bawahannya Bogdan Kobulov,
Ivan Serov, B. P. Obruchnikov, M.G. Svinelupov, dan A. N. Apolonov.
Operasi-operasi lapangannya dilakukan oleh G. P. Dobrynin, Kepala deputi
sistem Gulag; G. A. Bezhanov, Kolonel Keamanan Negara; I. I. Piiashev,
Mayor Jenderal; S. A. Klepov, Komisar Keamanan Negara; I. S. Sheredega,
Letnan Jenderal; B. I. Tekayev, Letnan Kolonel Keamanan Negara; dan dua
pemimpin lokal, P. M. Fokin, kepala NKGB Krimea, dan V. T. Sergjenko,
Letnan Jenderal. Dalam rangka mengeksekusi deportasi tersebut, NKVD
mengerahkan 5.000 agen bersenjata dan NKGB mengalokasikan 20.000 pasukan
bersenjata tambahan, bersama dengan beberapa ribu prajurit reguler. Dua
pengarahan Stalin dari Mei 1944 menyatakan bahwa setiap aspek
pemerintah Soviet, dari keuangan sampai transit, terlibat dalam eksekusi
operasi tersebut.
Pada 14 Juli 1944 GKO memerintahkan imigrasi 51.000 orang, kebanyakan
orang Rusia, ke 17.000 lahan kolektif kosong di Krimea. Pada 30 Juni
1945, ASSR Krimea ditiadakan dan dimasukkan ke SFSR Rusia.
Propaganda Soviet berusaha untuk menyembunyikan transfer populasi
tersebut dengan mengklaim bahwa Tatar Krimea telah "secara sukarela
berpindah ke Asia Tengah". Pada kenyataannya, Krimea "dibersihkan secara
etnis." Setelah tindakan tersebut, istilah "Tatar Krimea" dilarang dari
pencatatan Rusia-Soviet, dan semua toponim Tatar (nama-nama kota, desa
dan gunung) di Krimea diubah menjadi nama-nama Rusia di seluruh peta.
Makam-makam Muslim dan obyek-obyek keagamaan di Krimea dihancurkan atau
diubah menjadi tempat-tempat sekuler. Pada pemerintahan Stalin, tak ada
orang yang diijinkan untuk menyatakan bahwa suku bangsa tersebut pernah
ada di USSR. Ini lebih lanjut membuat beberapa orang dilarang menyatakan
dirinya sendiri sebagai Tatar Krimea pada sensus-sensus Soviet 1959,
1970, dan 1979. Mereka hanya dapat menyatakan diri mereka sendiri
sebagai orang Tatar. Pelarangan tersebut baru diangkat pada Sensus
Soviet 1989.
0 comments:
Post a Comment