Thursday, 10 January 2019

Ketika 1 Januari Bukanlah Awal Tahun Masehi


1 Januari kali ini menandai bertambahnya angka tahun Masehi dari 2018 menjadi 2019 atau lazim disebut Tahun Baru Masehi. Orang-orang sedang berlibur atau menikmati cemilan untuk menghabiskan pergantian tahun. Namun, tahukah Anda apabila pada mulanya Tahun Baru Masehi, yang berakar dari Tahun Baru Mesopotamia, Babilonia, Yunani, dan kemudian Romawi, tidak selalu jatuh pada 1 Januari, bahkan pada satu periode sempat dirayakan pada tanggal yang berbeda?


Tahun Baru Musim Semi

Ilustrasi equinox empat musim yang menjadi saat pergantian musim. Tahun Baru pada awalnya jatuh pada permulaan musim semi atau vernal equinox. Ini berhubungan dengan musim semi yang menjadi awal dimulainya siklus pertanian setelah musim dingin dan tujuan awal pembuatan kalender untuk membantu pertanian.
Perayaan Tahun Baru mulai dilakukan di wilayah Mesopotamia (Irak) pada 2000 SM. Tahun Baru pada masa ini dilakukan pada saat equinox musim semi yang dalam kalender modern terjadi pada pertengahan Maret, tepatnya pada 21 Maret. Kini, perayaan Tahun Baru pada equinox musim semi masih dilakukan di Iran yang dikenal sebagai Tahun Baru Nowruz. Kalender Imlek yang digunakan masyarakat Tionghoa juga memulai awal tahunnya pada permulaan musim semi, meski jatuhnya adalah antara 21 Januari dan 20 Februari.

Tahun Baru Romawi, Kalender Julian, dan Perpindahan Awal Tahun

Julius Caesar, Kaisar Romawi periode 45 SM-44 SM dan inisiator reformasi Kalender Romawi yang melahirkan Kalender Julian.
Bangsa Romawi yang mulai berkembang di Semenanjung Italia, menciptakan sistem penanggalan yang disebut Kalender Romawi. Kalender ini hanya terdiri atas 10 bulan yang berlangsung 304 hari dengan Maret sebagai bulan pertama dan Desember sebagai bulan kesepuluh. Sebagai konsekuensinya, bangsa Romawi merayakan Tahun Baru pada 1 Maret. Musim dingin tidak termasuk ke dalam kalender karena tak ada yang bisa ditanam pada musim dingin dan karenanya dianggap tak penting. Ini dikarenakan kebanyakan kalender yang dikembangkan berbagai peradaban, termasuk Romawi, pada mulanya ditujukan untuk keperluan pertanian. Januari dan Februari, yang jatuh pada musim dingin, baru ditambahkan sekitar 713 SM oleh raja kedua Romawi, Numa Pompilius. Januari dan Februari sendiri pada awalnya adalah dua bulan terakhir dan awal tahun tetap dimulai pada Maret. Keduanya dipindahkan ke posisinya sekarang sekitar 452 SM. Namun, 1 Januari belum menjadi awal tahun hingga 153 SM saat awal periode kekonsulan Republik Romawi dipindahkan ke tanggal ini, yang sekaligus dijadikan Tahun Baru oleh bangsa Romawi. Saat itu, tahun dinamai berdasarkan nama 2 konsul yang menjabat pada periode tersebut.
Pada tahun 46 SM, Julius Caesar menginisiasi reformasi kalender Romawi yang menciptakan kalender Julian. Semua tahun yang angkanya habis dibagi 4 terdiri atas 366 hari, sisanya 365 hari. Jumlah hari dalam setahun diubah menjadi seperti yang kita kenal sekarang dan bulan interkalasi, berdurasi 22-23 hari dan biasanya ditambahkan antara Februari dan Maret, dihapus. Kalender ini digunakan secara resmi (oleh pemerintahan sebuah negara) dari tahun 45 SM hingga 1923 M, saat Yunani berpindah ke Kalender Gregorian. Saat ini, Kalender Julian hanya digunakan oleh Gereja Ortodoks, terutama di Rusia dan Yunani, yang merayakan Natal saban 7 Januari (25 Desember menurut Kalender Julian).
Pada 567 M, Konsili Tours Kedua menggugurkan status 1 Januari sebagai awal tahun karena dianggap sebagai tradisi pagan yang tak sesuai dengan ajaran Kristen. Selama lebih dari 1 milenium berikutnya, awal tahun di Eropa dirayakan dalam 4 momen berbeda. Pertama, pada 1 Maret mengikuti tradisi lama Romawi. Kedua, pada 25 Maret yang merupakan Hari Kabar Gembira Sukacita. Ketiga, pada 25 Desember yang merupakan hari kelahiran Yesus Kristus. Keempat, pada hari Minggu Paskah yang tanggalnya berubah-ubah setiap tahunnya. Ini pun membuat tanggal sebuah peristiwa pada masa tersebut dapat dinyatakan dalam beberapa hasil yang berbeda. Sebagai contoh, tanggal kematian Ratu Elizabeth I dari Inggris pada saat kematiannya dicatat sebagai 24 Maret 1602. Bila dinyatakan dalam kalender Julian modern, tanggalnya adalah 24 Maret 1603 dan pada kalender Gregorian adalah 3 April 1603. Ini karena pada saat itu, Inggris menetapkan 25 Maret sebagai awal tahun sehingga 24 Maret dianggap sebagai hari terakhir 1602 dan tahun 1603 baru dimulai keesokan harinya. Saat ini, tanggal kematiannya umum dinyatakan dalam kalender Julian modern (24 Maret 1603).

Reformasi Gregorian dan Standarisasi

Ilustrasi perubahan dari Kalender Julian ke Kalender Gregorian pada Oktober 1582.
Tahun 1582, Paus Gregorius XIII menganggap penerapan kalender Julian yang ditetapkan sejak Konsili Nicea tahun 325 sudah tak lagi cocok dengan keadaan saat itu. Pada 1582, vernal equinox jatuh pada 11 Maret, bukannya 20/21 Maret seperti seharusnya. Penetuan tanggal Paskah pun menjadi tidak cocok dengan keadaan seharusnya. Makanya, reformasi pun dilakukan pada Kalender Julian dan membentuk Kalender Gregorian. Tahun yang habis dibagi 100 namun tak habis dibagi 400 bukan lagi tahun kabisat. Ini pun mengurangi jumlah hari dalam 400 tahun. 400 tahun Julian terdiri atas 146.100 hari (rata-rata 365,25 hari per tahun) sementara 400 tahun Gregorian hanya terdiri atas 146.097 hari (rata-rata 365,2425 hari per tahun).

Selain perubahan ini, perubahan lainnya adalah penetapan 1 Januari kembali sebagai Tahun Baru Masehi.
Perubahan ini tidak langsung diterapkan di seluruh Eropa. Spanyol, Portugal, dan Polandia-Lithuania yang mayoritas Katolik langsung menerapkan kebijakan ini. Negara mayoritas Protestan seperti Belanda, Denmark-Norwegia, Swedia, dan Inggris tidak langsung mengikutinya karena perselisihan dengan Gereja Katolik Roma semenjak Reformasi Protestan oleh Martin Luther. Butuh sekitar 341 tahun hingga seluruh Eropa akhirnya menerapkan Kalender Gregorian secara resmi dengan berpindahnya Yunani ke Kalender Gregorian dengan melompati 13 hari dalam tahun 1923 (15 Februari 1923 Julian diikuti secara langsung oleh 1 Maret 1923 Gregorian).
Karena perbedaan waktu penerapan ini, terdapat beberapa penyesuaian dalam penerapan kalender Gregorian di negara lain. Swedia pada 1700 berencana beralih ke Kalender Gregorian. Namun, Swedia lebih memilih melakukannya secara bertahap ketimbang melompati beberapa hari. Caranya dengan menghapus semua tanggal 29 Februari dari kalender dari 1700 hingga 1740, yang berjumlah 11 hari, selisih kalender Julian dan Gregorian saat itu. Swedia berhasil melakukan ini pada 1700, namun tidak pada 1704 dan 1708 karena perang. Kedua tahun itu, yang menurut rencana tidak memiliki 29 Februari, tetap memilikinya. Akhirnya, rencana ini ditinggalkan dan Swedia kembali memulihkan Kalender Julian pada 1712. Untuk memulihkan perubahan yang dibuat rencana tadi, 1 hari tambahan, 30 Februari, ditambahkan pada 1712 sebagai kompensasi tanggal 29 Februari yang dihilangkan pada 1700 untuk menyinkronkan kembali dengan kalender Julian. Kalender Gregorian sendiri akhirnya diterapkan di Swedia pada 1753 dengan melompati 11 hari sekaligus, 17 Februari 1753 Julian diikuti oleh 1 Maret 1753 Gregorian.
Inggris memiliki masalah yang lebih pelik. Bukan hanya berbeda kalender (Julian dan Gregorian), awal tahunnya pun juga berbeda (25 Maret dan 1 Januari). Sebuah tanggal harus dinyatakan dalam dua bentuk untuk menghindari kesalahpahaman, khususnya dalam korespondensi internasional dengan negara lain yang menerapkan sistem penanggalan yang berbeda. Sebagai contoh, sebuah tanggal ditulis sebagai 10 Januari 1647/48 dalam sebuah dokumen yang dikirimkan dari Inggris ke Spanyol misalnya, menyatakan bahwa tanggal di Inggris adalah 10 Januari 1647 (yang baru memulai 1648 pada 25 Maret) sementara di negara tujuan (Spanyol) adalah 10 Januari 1648 (yang sudah memulai 1648 pada 1 Januari). Kemudian, untuk membedakan antara tanggal Julian dan Gregorian, ditambahkan frasa Old Style untuk tanggal Julian dan New Style untuk tanggal Gregorian.
Britania (Inggris, Skotlandia, Irlandia, Wales, dan seluruh koloni Britania) akhirnya beralih ke Kalender Gregorian lewat penerapan Calender (New Style) Act 1750. Penerapannya berlangsung bertahap. Pertama, awal tahun dipindahkan dari 25 Maret Julian atau 5 April Gregorian ke 1 Januari mulai 1752. Ini membuat tahun 1751 di Britania (kecuali Skotlandia yang sudah menetapkan 1 Januari sebagai awal tahun sejak 1600) hanya terdiri atas 282 hari. Tahun 1751 di Britania kecuali Skotlandia dimulai pada 25 Maret dan berakhir pada 31 Desember. Kemudian, 1752 di Britania dimulai pada 1 Januari. Kedua, seperti banyak negara lainnya, Britania melompati 11 hari, 2 September 1752 Julian diikuti oleh 14 September 1752 Gregorian. Hari lahir George Washington harus diubah dari 11 Februari 1732 menjadi 22 Februari 1732.

Penerapan Masa Kini
Ketika 1 Januari Bukanlah Awal Tahun Masehi
Perayaan Tahun Baru di Sungai Sumida, Tokyo, Jepang. Tahun Baru menjadi salah satu momen yang ditunggu banyak orang.
Kini, hanya 3 negara di dunia yang tidak menjadikan Kalender Gregorian sebagai kalender resmi. Pertama, Iran yang menggunakan Kalender Persia. Kedua, Afghanistan yang juga menggunakan Kalender Persia. Ketiga, Ethiopia yang menggunakan Kalender Ethiopia, kalender yang didasarkan pada kalender Julian dengan beberapa modifikasi (angka tahunnya lebih rendah 7 daripada Masehi sehingga menurut kalender Ethiopia sekarang adalah tahun 2011). Negara terbaru yang mengadopsi Kalender Gregorian adalah Arab Saudi pada 2016 silam. Korea Utara menggunakan Kalender Gregorian yang dimodifikasi dengan tahun 1 pada 1912 sehingga tahun mendatang adalah tahun 108 bukan 2019.
Kini, hampir semua negara di dunia menetapkan 1 Januari sebagai awal tahun. Ini penting karena dunia semakin terglobalisasi dan kegiatan bisnis antarnegara sudah marak sehingga sistem penanggalan yang tunggal diperlukan untuk menyokongnya. Tahun Baru pun menjadi perayaan yang berskala global saban penghujung tahun.


Ketika 1 Januari Bukanlah Awal Tahun Masehi
Referensi I
Referensi II
Referensi III
Referensi IV
Referensi V
Referensi VI
Referensi VII
Referensi VIII
Referensi IX
Referensi X
Referensi XI
Referensi XII
Referensi XIII
Referensi XIV
Referensi XV
Referensi XVI
Referensi XVII

0 comments:

Post a Comment