1. Menaklukkan Yerusalem Tanpa Membunuh Warga Sipil
Setelah
88 tahun dikuasai serdadu Perang Salib, kota Yerusalem, Palestina
akhirnya kembali jatuh kepangkuan umat Islam. Tepat pada 2 Oktober 1187
atau setelah tiga bulan berjibaku dalam pertempuran Hattin, pasukan
tentara Islam yang dipimpin Salahudin Al-Ayubi berhasil menaklukan dan
membebaskan kota suci itu dari kedzaliman dan kebiadaban.
Penaklukan Yerusalem yang dilakukan pasukan Islam di bawah komando Salahudin sungguh amat berbeda, ketika tentara Perang Salib menduduki Yerusalem pada 1099. Salahudin menetapi janjinya. Jenderal dan panglima perang tentara Islam itu menaklukan Yerusalem menurut ajaran Islam yang murni dan paling tinggi. Tak ada balas dendam dan pembantaian, penaklukan berlangsung ‘mulus’ seperti yang diajarkan Al-Qur’an.
Padahal, ketika 40 ribu tentara Perang Salib yang dipimpin Peter The Hermit menyerbu tanah suci Palestina, mereka datang dengan dirasuki fanatisme agama yang membabi buta. Guna membangkitkan rasa fanatisme itu, menurut Hallam penulis Barat, ‘setiap cara dan jalan ditempuh’. Tak peduli biadab atau tidak, semua ditebas remuk redam. Yerusalem banjir darah dan bangkai manusia. Suasana penuh dendam dan amarah, terjadi pula ketika pasukan Perang Salib tiba di Malleville. Kota itu pun dibumihanguskan. Tak kurang dari tujuh ribu penduduk tak berdosa di kota itu dibantai.
Penaklukan Yerusalem yang dilakukan pasukan Islam di bawah komando Salahudin sungguh amat berbeda, ketika tentara Perang Salib menduduki Yerusalem pada 1099. Salahudin menetapi janjinya. Jenderal dan panglima perang tentara Islam itu menaklukan Yerusalem menurut ajaran Islam yang murni dan paling tinggi. Tak ada balas dendam dan pembantaian, penaklukan berlangsung ‘mulus’ seperti yang diajarkan Al-Qur’an.
Padahal, ketika 40 ribu tentara Perang Salib yang dipimpin Peter The Hermit menyerbu tanah suci Palestina, mereka datang dengan dirasuki fanatisme agama yang membabi buta. Guna membangkitkan rasa fanatisme itu, menurut Hallam penulis Barat, ‘setiap cara dan jalan ditempuh’. Tak peduli biadab atau tidak, semua ditebas remuk redam. Yerusalem banjir darah dan bangkai manusia. Suasana penuh dendam dan amarah, terjadi pula ketika pasukan Perang Salib tiba di Malleville. Kota itu pun dibumihanguskan. Tak kurang dari tujuh ribu penduduk tak berdosa di kota itu dibantai.
2. Membunuh Tangan Kanan Raja Guy Dalam Pertempuran Perang Salib
Pasukan
Salib saat itu dipimpin oleh Guy de Lusignan. Seorang fanatik yang
menjadi Raja Yerusalem setelah kematian anak Sibylla, Raja Baldwin V
yang menggantikan pamannya, Raja ‘Lepra’ Baldwin IV yang dikenal sangat
bijaksana. Guy sangat berambisi menghabisi pasukan Muslim dan yakin
bahwa serbuannya ke Tiberias (tempat mukim pasukan Shalahuddin) adalah
takdir Tuhan.
Pertempuran Hattin juga sempat mengubah persepsi mengenai Shalahuddin yang dikenal ‘pengampun’ pada musuhnya. Imaduddin al-Ishfakhani, sekretaris Shalahuddin membeberkan kesaksiannya, “Pada hari itu aku menyaksikan bagaimana Shalahuddin membunuh kaum tak beriman untuk memberi napas bagi Islam dan menghancurkan politeisme untuk membangun monoteisme.”
Adalah Reynauld of Chattilon, tangan kanan Guy Sang Raja Yerusalem, yang membuat Shalahuddin berubah jadi sosok kejam. Empat tahun sebelumnya, Reynauld membunuh adik perempuan Shalahuddin saat gencatan senjata masih terjalin antara pasukan salib dengan pasukan muslim. Memperkosa dan membantai seluruh kafilah muslim yang melewati tanah Palestina. Mengeksekusi dan menjarah wilayah-wilayah muslim.
Pada akhirnya saat fajar 4 Juli 1187, berangkatlah pasukan Shalahuddin menyerbu Bukit Hattin tempat pasukan salib berkemah. Mengalahkan begitu telak dan hanya menyisakan sedikit dari mereka. Beberapa baron dan ksatria memang ada yang lolos dari kepungan pasukan Shalahuddin. Beberapa di antaranya adalah Balian de Ibelin, sosok yang akan memimpin milisi dan tentara rakyat Yerusalem mempertahankan kota dari pasukan Shalahuddin beberapa bulan kemudian.
Setelah pertempuran usai, Shalahuddin membawa dua tawanan yang paling berharga ke dalam tendanya. Raja Guy dan Reynauld. Dua pria yang sangat kelelahan sekaligus kehausan. Shalahuddin memberi Guy sebuah air es yang menyegarkan. Guy meminumnya, kemudian memberikan kepada Reynauld.
Sudah dalam tradisi Arab bahwa seorang tuan rumah tidak boleh membunuh lelaki yang ia beri makan dan minum. Ketika Reynauld minum dengan begitu entengnya tanpa perintah tuan rumah, Shalahuddin bertanya, “Siapa yang mengizinkanmu minum?”
Reynauld cuma bergeming. Shalahuddin pun melanjutkan kalimatnya, “Karena itu aku tidak diharuskan menunjukkan belas kasihan kepadamu.” Seketika kalimat itu usai, Shalahuddin langsung mencabut pedang dari sabuknya dan memenggal kepala Reynauld di hadapan Guy yang ketakutan dan yakin bahwa gilirannya akan tiba.
Melihat Guy yang ketakutan Shalahuddin kemudian berkata, “Raja tidak membunuh Raja. Mengapa kamu tidak mendekati seorang raja agung untuk belajar dari keteladanannya?”
Raja agung yang dimaksud adalah Raja Baldwin IV, raja yang menderita penyakit lepra sampai akhirnya meninggal dunia. Meninggalkan Kerajaan Kristen Yerusalem dalam genggaman Raja Guy sang fanatik buta dan membuat Kerajaan Islam akhirnya mampu menguasainya.
Pertempuran Hattin juga sempat mengubah persepsi mengenai Shalahuddin yang dikenal ‘pengampun’ pada musuhnya. Imaduddin al-Ishfakhani, sekretaris Shalahuddin membeberkan kesaksiannya, “Pada hari itu aku menyaksikan bagaimana Shalahuddin membunuh kaum tak beriman untuk memberi napas bagi Islam dan menghancurkan politeisme untuk membangun monoteisme.”
Adalah Reynauld of Chattilon, tangan kanan Guy Sang Raja Yerusalem, yang membuat Shalahuddin berubah jadi sosok kejam. Empat tahun sebelumnya, Reynauld membunuh adik perempuan Shalahuddin saat gencatan senjata masih terjalin antara pasukan salib dengan pasukan muslim. Memperkosa dan membantai seluruh kafilah muslim yang melewati tanah Palestina. Mengeksekusi dan menjarah wilayah-wilayah muslim.
Pada akhirnya saat fajar 4 Juli 1187, berangkatlah pasukan Shalahuddin menyerbu Bukit Hattin tempat pasukan salib berkemah. Mengalahkan begitu telak dan hanya menyisakan sedikit dari mereka. Beberapa baron dan ksatria memang ada yang lolos dari kepungan pasukan Shalahuddin. Beberapa di antaranya adalah Balian de Ibelin, sosok yang akan memimpin milisi dan tentara rakyat Yerusalem mempertahankan kota dari pasukan Shalahuddin beberapa bulan kemudian.
Setelah pertempuran usai, Shalahuddin membawa dua tawanan yang paling berharga ke dalam tendanya. Raja Guy dan Reynauld. Dua pria yang sangat kelelahan sekaligus kehausan. Shalahuddin memberi Guy sebuah air es yang menyegarkan. Guy meminumnya, kemudian memberikan kepada Reynauld.
Sudah dalam tradisi Arab bahwa seorang tuan rumah tidak boleh membunuh lelaki yang ia beri makan dan minum. Ketika Reynauld minum dengan begitu entengnya tanpa perintah tuan rumah, Shalahuddin bertanya, “Siapa yang mengizinkanmu minum?”
Reynauld cuma bergeming. Shalahuddin pun melanjutkan kalimatnya, “Karena itu aku tidak diharuskan menunjukkan belas kasihan kepadamu.” Seketika kalimat itu usai, Shalahuddin langsung mencabut pedang dari sabuknya dan memenggal kepala Reynauld di hadapan Guy yang ketakutan dan yakin bahwa gilirannya akan tiba.
Melihat Guy yang ketakutan Shalahuddin kemudian berkata, “Raja tidak membunuh Raja. Mengapa kamu tidak mendekati seorang raja agung untuk belajar dari keteladanannya?”
Raja agung yang dimaksud adalah Raja Baldwin IV, raja yang menderita penyakit lepra sampai akhirnya meninggal dunia. Meninggalkan Kerajaan Kristen Yerusalem dalam genggaman Raja Guy sang fanatik buta dan membuat Kerajaan Islam akhirnya mampu menguasainya.
3. Bersahabat Baik Dengan Raja Inggris Richard The Lion Heart
Pada
suatu ketika Richard The Lion Heart memutuskan untuk memimpin sendiri
perang terhadap pasukan Muslim. Kala itu ia memimpin kavaleri tombak,
pasukan berkuda elit pasukan Salib. Menghadapi pasukan Muslim Richard
benar-benar sangat maksimal. Hingga akhirnya nampak sekali jika ia
kelelahan. Bahkan kudanya sendiri seperti sudah tidak bisa dipaksa untuk
bermanuver. Hal ini pun kemudian diketahui oleh Salahuddin. Alih-alih
membunuh si Raja Inggris, Salahuddin justru menyuruh pasukan berkudanya
untuk menyerahkan dua ekor kuda yang masih segar kepada Richard. Sang
pemimpin pasukan Crusader ini pun kagum bukan main dengan sikap ksatria
Salahuddin.
Saat Raja Richard sakit parah percaya tidak percaya, Salahuddin justru mengirimkan dokter terbaik untuk menyembuhkan Richard. Raja Inggris yang saat itu memang butuh sekali pengobatan merasa kagum luar biasa dengan itikad baik Salahuddin ini. Tak hanya dokter, menurut beberapa riwayat Salahuddin juga membawakan buah dan juga es untuk membantu menyembuhkan sang raja. Begitulah kira-kira sepenggal cerita persahabatan dalam permusuhan yang terjalin dalam Perang Salib.
Saat Raja Richard sakit parah percaya tidak percaya, Salahuddin justru mengirimkan dokter terbaik untuk menyembuhkan Richard. Raja Inggris yang saat itu memang butuh sekali pengobatan merasa kagum luar biasa dengan itikad baik Salahuddin ini. Tak hanya dokter, menurut beberapa riwayat Salahuddin juga membawakan buah dan juga es untuk membantu menyembuhkan sang raja. Begitulah kira-kira sepenggal cerita persahabatan dalam permusuhan yang terjalin dalam Perang Salib.
sumber : http://www.thelarkinbrigade.com/hist...-perang-salib/
0 comments:
Post a Comment