This is default featured slide 1 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured slide 2 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured slide 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured slide 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Saturday, 13 April 2019
Pemilu dari Masa ke Masa
Perkembangan Main Armament pada Fighter dari masa ke masa
[img]http://api.ning.com/files/LN*jCdh*NeJ8SptjCz*aqa*0QNdNnwwsgujSjKcGUqPSSk4M7NPp2p-VU6L3YU0jqJwLDavZmNjCym3r1vXBayQSJT-pYmGv/0le_prieur_c.jpg[/img]
Biasanya, setelah senapan mesin tersebut dipasang didalam sayap, para pilot dapat mengatur kemiringan pada senapan mesin dengan tujuan memusatkan tembakkan berdasarkan jarak efektif. Hal tersebut disebut dengan Gun Harmonisation/Gun Convergence.
Jerman menginvasi Polandia dan semakin meluas ke dataran Rusia, dan Jepang melakukan serangan pertamanya ke Pelabuhan Pearl(Pearl Harbor) di pantai Hawaii. Pengunaan senapan mesin berkaliber ringan(7.5 - 7.92mm) masih tetap dipakai, namun kini dikombinasikan dengan kanon kaliber 20mm seperti varian A6M, Bf 109 E4, dan Spitfire Mk.VB. Hispano-Suiza HS.404, menjadi sebuah kanon yang amat populer bagi beberapa faksi, dengan pengecualian Uni Soviet dengan kanon 20mm ShVAK. Selain itu, mekanisme Moteur-Canon masih diterapkan, namun ia tidak harus terikat dengan mesin Hispano-Suiza saja. Varian Yakovlev fighter dari Yak-1 hingga Yak-9 mengaplikasikannya untuk dapat menunmbangkan fighter milik Jerman. Namun Amerika Serikat sama sekali tidak terpengaruh dengan kepopuleran kanon 20mm; Pesawat petarung ataupun Pembom menggunakan M2 kaliber 12.7mm sebagai senjata utama ataupun senjata pelindung(Defensive Armament) mereka, dengan pengecualian BTD-1, SB2C, P-400(Varian paling awal dari P-39 Airacobra), P-51(NA-91) dan P-38 Lightning yang memasang kanon dengan nama AN/M2. Untuk meningkatkan daya hancur signifikan pada pesawat musuh, perlahan-lahan pesawat petarung seperti Airacobra dan Bf 109 G5 yang mengusung kanon 30mm keatas. Jika itu masih belum cukup, langkah Uni Soviet pada Yak-9K dengan memasang kanon NS-45 kaliber 45mm bisa jadi contoh paling tepat bilamana ingin merontokkan pesawat pembom, terlepas dari seberapa besar ukuran yang dihadapinya. Sayangnya hal tersebut mempengaruhi performa Yak-9 itu sendiri, dimana hentakan yang dihasilkan pada kanon tersebut dapat merusak pendingin dan membuat pesawat kehilangan kontrol ekstrim jika menembak dengan kecepatan rendah.
Terlepas dari besarnya kaliber yang diusung masing-masing negara untuk dapat menjatuhkan sebuah pesawat, Jerman yang merupakan pionir teknologi persenjataan saat itu membuat peluru 'Minengeschoss'. Minengeschoss/Mine-Shell sendiri diciptakan sebagai rasa ketidakpuasan atas performa peluru HE biasa yang tidak memiliki daya hancur besar yang diharapkan. Minengeschoss digunakan pada MG FF(designasi MG FF/M) dan MG 151/20 yang diekspor kepada negara tetangganya seperti Jepang yang dipasang pada Ki-61 dan Italia yang dipasang pada Macchi C.205 serta beberapa pesawat fighter Italia lainnya. Dengan hadirnya Minengeschoss, peluru diisi dengan material fragmen berbahan metal dalam jumlah sedikit, namun isian HE(HE Filler) justru diisi dalam jumlah yang amat banyak: 18 gram PETN(Nitropenta) pada minengeschoss dibandingkan dengan kebanyakan peluru pada kanon sekutu yang hanya berisi 6-10 gram. Dan karena berat dari material fragmen yang tergolong ringan pada peluru Minengeschoss itu sendiri, kecepatan jelajah pelurunya akan meningkat disamping jarak efektif yang relatif berkurang, namun mereka tidak mempermasalahkannya karena para pilot menunjukkan kepuasannya dengan dirilisnya Minengeschoss; daya hancurnya yang mampu merontokkan sayap pesawat musuh hanya dengan 2-3 tembakkan saja. Jika itu masih belum cukup, varian Minengeschoss berukuran 30mm memiliki isian HE terbanyak dalam sejarah: 85 gram untuk jenis Ausf.A dan 79 gram Ausf.C apabila dibandingkan dengan HE filler milik GAU-8 Avenger yang dipakai A-10 Warthog(58 gram) atau GSh-30 yang dipakai Su-27(48.5 gram)! Bagi pilot Jerman, dengan hadirnya Minengeschoss maka menjatuhkan pesawat pembom bukanlah hal mustahil: Me 262 yang merupakan pesawat tempur jet pertama dan dioperasikan pada PD II memliki 2 kanon MK 108 untuk varian A-2a dan 4 kanon MK 108 pada varian A-1a dan telah terisi oleh Minengeschoss.
Pertanyaannya sendiri adalah, kenapa Amerika Serikat saat itu tidak mengadopsi kanon 20mm pada setiap pesawat petarung dan lebih memlih M2 .50 sebagi senjata utama mereka? Simpel, kecepatan jelajah dan jarak efektif dari kaliber .50 mereka mampu menembus mesin pada pesawat Jerman, sehingga dapat membuatnya mati dalam sekejap, atau jika pilot membidik penampungan bahan bakar pada sayap pesawat, maka dapat dipastikan sayap pesawat tersebut akan terbakar dalam sekejap jika dipasang M20 APIT(Armor-Piercing Incendiary Tracer) meski ia tidak memliki kemampuan menghancurkan sayap secara total. Dan efektifitas M2 sendiri di teater Pasifik sangat signifikan jika bertemu dengan pesawat petarung A6M 'Zero', karena pada saat itu pesawat Zero tidak memliki besi pelindung terpasang pada penampungan bahan bakar atas nama maneuveribilitas dan tingkat kelincahan sehingga membuatnya menjadi bola api yang siap menghantam dataran. Tidak hanya itu, pesawat petarung seperti P-51D Mustang mampu menjatuhkan Pesawat Jet Jerman Me 262 dengan berbekal 6 buah M2 .50 saja. Sejatinya kaliber .50 selalu digunakan untuk kebutuhan anti-udara ataupun anti-infantri, sehingga ia sangat fleksibel dalam setiap operasi.
Jika pilot masih merasa belum puas dengan jumlah senapan mesin/kanon yang terpasang pada pesawat mereka, Gun Pod bisa menjadi alternatif bagi pilot yang membutuhkan firepower tambahan. Namun pengunaan Gun Pod akan mempengaruhi keseluruhan performa pesawat, sehingga mengurangi tingkat maneuveribilitas dan kecepatan.
Feminisme: Sejarah, Perkembangannya Di Indonesia, Dan Hubungannya Dengan Islam
Setelah Indonesia tanpa pacaran kini muncul Indonesia tanpa feminisme. Apa tujuan dari indonesia tanpa feminisme ini? Yang saya tangkap dari akun instagram @indonesiatanpafeminis adalah gerakan indonesia tanpa feminisme ini melawan feminisme karena tidak sesuai dengan ajaran islam dan juga budaya Indonesia.
Apakah benar feminisme tidak cocok untuk diterapkan di Indonesia? Mari kita lihat dulu sedikit bagaimana sejarah feminisme, feminisme dan islam, serta feminisme di Indonesia.
Sejarah feminisme dimulai sekitar abad ke-18, bertepatan dengan revolusi Perancis. Waktu itu, feminisme sebagai sebuah ide/teori menyebar sampai ke Amerika hingga seluruh dunia. Kemudian di tahun 1792, saat Mary Wallstonecraft menulis karya tulis berjudul "Vindication of the right of women" yang isinya dijadikan dasar-dasar prinsip feminisme di kemudian hari.
Baru pada awal abad ke-19 feminisme muncul ke permukaan sebagai sebuah gerakan di Amerika. Butuh waktu sekitar satu abad untuk melahirkan feminisme ke dunia, karena pada saat itu Amerika masih fokus untuk membangun negara yang demokratis.
Setelah mencapai kestabilan politik, barulah feminisme lahir untuk membantu kaum perempuan mendapatkan hak untuk memilih--yang diberikan pada tahun 1920.
Setelah itu feminisme hiatus sampai tahun 1950, saat itu perempuan mulai menyadari bahwa peran kaum perempuan tidak terbatas pada aktivitas sebagai ibu rumah tangga saja.
Lalu pada tahun 1960, lahirlah madzhab feminisme yang lain seperti feminisme liberal, feminisme marx, feminisme radikal, dan feminisme sosialis.
Inti dari gerakan feminisme adalah untuk membebaskan kaum perempuan dari belenggu patriarki, membantu kaum perempuan mendapatkan perannya dalam bernegara, dan diskriminasi yang mereka terima kala itu.
Pada saat Al-Qur'an diturunkan, masyarakat arab waktu itu sedang memegang teguh budaya patriarki. Bagi masyarakat arab kala itu perempuan hampir tidak memiliki kedudukan apa-apa, useless,sampai ada praktik mengubur bayi perempuan hidup-hidup.
Al-Qur'an datang untuk membebaskan kaum perempuan di masyarakat arab dari budaya yang sudah melekat lama. Perlahan-lahan islam mengajarkan bahwa kedudukan perempuan dan laki-laki adalah sama di hadapan Allah SWT.
Islam mengajarkan baik perempuan maupun laki-laki mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menjalankan peran khalifah dan hamba.
Islam juga mengajarkan bahwa perempuan mempunyai hak untuk diakui di ranah publik, seperti perempuan mempunyai hak untuk bebas mengemukakan pendapat, berdagang, mendapatkan pendidikan, bahkan sampai ikut ke medan perang.
Meski begitu, masih ada tokoh feminis muslim yang menganggap ada doktrin-doktrin agama islam yang membelenggu kebebebasan kaum perempuan. Tokoh-tokoh tersebut adalah Qasim Amin (Mesir), Fatimah Mernisi (Maroko), Nawal
el-Shadawi (Mesir), Riffat Hasan ( Pakistan), Talima Nasreen (Bangladesh), Amina Wadud
(Amerika Serikat), Zainah Anwar (Malaysia).
Sejarah kemerdekaan Indonesia tak bisa dilepaskan dari tokoh feminis-feminis yang berjuang untuk membebaskan kaum perempuan.
Raden Ajeng Kartini, Dewi Sartika, dan Rasuna Said memperjuangkan emansipasi wanita melalui pendidikan. Tiga tokoh perempuan ini membebaskan perempuan yang dulu sulit untuk mendapatkan pendidikan. Mereka berjuang agar kaum perempuan tidak lagi ditindas dan dianggap lemah karena mereka percaya perempuan Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki.
Melihat sejarah feminisme, kemudian feminisme dan Islam, serta bagaimana feminisme dalam sejarah Indonesia. Saya rasa Indonesia tanpa feminisme, jika bertujuan untuk membebaskan Indonesia dari paham feminisme radikal, maka kurang tepat. Mengingat feminisme sendiri jauh lebih luas daripada sekedar "perempuan tidak memerlukan laki-laki atau perempuan dapat melakukan semuanya sendirian." Feminisme dapat berjalan bersama budaya dan norma-norma yang ada di Indonesia.
Apalagi kalau tujuannya untuk membebaskan Indonesia dari feminisme karena mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, tentu lebih tidak masuk akal.
Sudah kita ketahui bersama bahwa budaya patriarki di Indonesia begitu mengakar di masyarakat. Feminisme di Indonesia bisa membantu kaum perempuan untuk lepas dari budaya patriarki ini, tanpa harus melepaskan ajaran-ajaran agama Islam yang sejalan dengan kondisi riil di Indonesia.
Feminisme bisa membantu perempuan untuk mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam hal mencari pekerjaan, mengenyam pendidikan, berperan di dalam masyarakat.
1. Feminisme Indonesia Dalam Lintasan Sejarah
2. Paradigma Feminisme Islam: Keluarga Sebagai Satu Team
3. Mengintip Feminisme dan Gerakan Perempuan
Sejarah dan Perkembangan Musik Jepang
Para musisi Jepang kemudian mempelajari dan memainkan jenis—jenis musik barat itu. Lalu para musisi Jepang ini bermain di depan para tentara pendudukan dari Amerika itu. Lahir|ah judul—judul lagu yang kemudian disuka orang seperti 'Tokyo Boogie—Woogie' (1948) milik Shizuko Kasagi, 'Tennesse Waltz' (1951) dari Eri Chiemi, Misora Hibari dengan 'Omatsuri Mambo' dan Izumi Yukimura menembangkan 'Omoide no Waltz'.
Tahun 1952 Jepang mengalami jazz boom, Louis Armstrong pernah bermain di negara ini, sayangnya karena dibutuhkan keahlian menguasai dan memainkan instrumen, tak banyak musisi yang bermain di dalamnya. Musisi—musisi amatir lebih menyenangi bermain musik country.
Kosaka Kazuya dan the Wagon Masters yang hadir di tahun 1956 menjadi semacam tonggak kehadiran musik rock n' roll di Jepang. Lagu 'Heartbreak Hotel' milik Elvis Presley juga diputar melalui pengeras suara pada pemutar piringan hitam. Gerakan rock n' roll ini mencapai puncaknya di tahun 1959 dengan sebuah film yang dibintangi oleh semua bintang rock Jepang. Namun perkembangan rock n' roll di Amerika yang mengalami pasang—surut cukup cepat, membuat perkembangan musik ini di Jepang juga mengalami pengaruhnya. Sebagian musisi—musisinya menggabungkan rock n' roll dengan musik pop tradisional Jepang. Dalam periode ini muncul Sakamoto Kyu dengan lagunya 'Ue wo Muite Aruko' (Let's Look Up and Walk) dan tentunya lagunya yang paling terkenal 'Sukiyaki'.
Pada awal tahun 1970—an hingga pertengahan 1980—an hadir istilah genre 'New Music'. Genre ini memfokuskan pada tema—tema cinta dan hal—hal lain yang berhubungan dengan personal. Tokuro Yohida dan Yosui Inoue adalah dua musisi paling berpengaruh dalam genre musik ini. Pada tahun 1980—an juga hadir termin 'City Pop', sebuah istilah musik dan lagu yang menggambarkan tema kota besar, kebanyakan Tokyo menjadi inspirasi utamanya.
Sangat sulit untuk membuat garis tegas antara New Music dan City Pop, sebab keduanya berangkat warna music yang sama. Untuk menghilangkan kebingungan maka hadir istilah Wasei Pop yang mewakili dua istilah tersebut. Namun istilah itu akan tergusur dengan sebutan J—Pop yang mewakili semua warna musik populer di Jepang.
Menjelang akhir tahun 1980—an sebuah grup rock Jepang, Change & Aska, menjadi fenomena baru di negeri matahari terbit itu. Change (Shuji Shibata) dan Ryo Aska (Shigeaki Miyazaki), sampai saat ini Ryo Aska menjadi penulis lagu terkenal di Jepang, adalah duo penyanyi sekaligus penulis lagu yang paling terkenal saat itu.
Sepanjang tahun 1980—an dan 1990—an Change & Aska adalah grup rock Jepang paling terkenal di Asia. Tiket Konsernya di Jepang, Hongkong, Singapura, dan Taiwan terjual habis di hari pertama. Namun kehadiran mereka surut di akhir tahun 1990—an oleh musik dance—pop dengan pionirnya Namie Amuro dan Tetsuya Komuro.
Di jalur mainstream, terjadi kembali perubahan dengan popularitas musik R&B dengan penyanyinya Utada Hikaru dengan single debutnya 'Automatic/time will tell'. Sedangkan albumnya 'First Love' terjual lebih dari 7,5juta keping. Dengan angka itu ia menjadi penyanyi pertama dengan album paling laris dalam sejarah industry musik Jepang. Sedangkan di jalur musik pop masih mampu bersaing dengan kehadiran Hamasaki Ayumi, Kuraki Mai dan Ami Suzuki, juga grup wanita Speed dan Morning Asume.
Perkembangan musik yang tak ada pada industri musik lainnya di dunia ini adalah hadirnya 'visual kei' (visual type). Visual Kei adalah penggambaran dari gerakan J—Rock di tahun 1990—an. Personil band—band ini biasanya menggunakan karakter atau visual khayalan untuk menarik perhatian. Kebanyakan penggemar—penggemar grup ini di Jepang adalah kaum hawa yang memang merupakan target pasar terbesar. Dan mereka tak keberatan membeli apapun yang berhubungan dengan grup musik kesayangannya seperti stiker, kartu pos atau album foto musisi kesayangan mereka. Namun di luar Jepang perbandingan penggemarnya antara pria dan wanita sangat berimbang.
Para personil band—band visual kei ini tak pelak lagi menggunakan makeup, menata rambut, mengingatkan pada grup grup hair metal di tahun 1980—an, dan memakai kostum 'tak lazim'. Adapun kecenderungan yang lain, para personil band—band ini tampil feminin meskipun musik yang dibawakan tak selembut penampilan mereka. Biasanya mereka mengambil karakter—karakter yang lima atau enam tahun pernah populer sebelumnya. Karakter— karakter ini diambil dari game komputer atau film film animasi. Penampilan mereka ini kemudian ditiru oleh penggemarnya ketika menonton konser mereka.
Gerakan ini diawali dengan kehadiran X—Japan yang memperkenalkan penggunaan visualisasi seperti itu untuk mendapatkan efek kejutan guna mendapatkan pengikut. Tadinya hanya untuk mendapatkan perhatian dari kalangan independen saja, namun kenyataannya malah memberikan sumbangan pada budaya popular di Jepang. Pengaruh X—Japan melebar sehingga menghadirkan Die in Cries, Luna Sea, Zekill, Shazna, dan Baiser.
J—rock sendiri bisa dilihat dari warna musiknya, meskipun pembagiannya terkadang lebih pada penampilan visualnya. Yang murni membawakan J—Rock seperti Luna Sea dan Dir en Grey, rock ringan atau berdasarkan musik pop seperti Glay dan L'Arc”en”Ciel, kemudian yang terpengaruh heavy metal seperti Sex Machineguns. Bahkan dalam J—Rock juga terdapat pengusung Industrial, Synth Pop, Punk dan berbagai jenis lainnya yang dikategorikan dalam J—Rock.
Namun karena adanya kesamaan pemakaian makeup, peneliti musik dari barat sering
terkecoh dengan kemiripan antara visual kei dan gothic rock. Bahkan bila ditelusuri, hanya terjadi sedikit sentuhan antara visual kei dengan gothic Jepang yang sering disebut sebagai 'Gothic Lolita'. Selain Gothic Lolita, yang menjadi subgenre J—Rock adalah EroGuro dan Angura Kei.
Friday, 5 April 2019
Seandainya tidak ada upaya keras untuk memupuk persatuan dan kesatuan, bukan tidak mungkin negara ini bakal mengalami gejolak. Paling parah bisa bubar seperti yang terjadi pada negara-negara berikut ini. Negara-negara tersebut merupakan negara-negara yang telah bubar dalam 3 dekade tarakhir ini.
Uni Soviet
Dari semua negara yang bubar dalam 3 dekade terakhir, tidak ada yang lebih heboh dari kasus bubarnya Uni Soviet. Pasalnya saat masih berdiri Uni Soviet merupakan salah satu negara adikuasa yang menjadi pesaing terkuat Amerika Serikat.
Ada beberapa hal yang menyebabkan runtuhnya negara adidaya Uni Soviet. Diantaranya adalah karena merosotnya perekonomian dan melemahkan kekuatan komunisme di negara tersebut. Hal tersebut memicu terjadinya pemberontakan dan berujung pada kudeta.
Di tengah berlangsungnya kudeta, Estonia menyatakan kemerdekaannya, disusul Ukraina dan republik lainnya. Tiga bulan pascakudeta, pemimpin dari tiga republik utama Slavia (Rusia, Ukraina dan Belarus) sepakat untuk bertemu dan kemudian membentuk Persemakmuran Negara-negara Merdeka atau CIS. Pada tanggal 26 Desember 1991, Uni Soviet resmi bubar dan Gorbachev yang merupakan presiden saat itu resmi mundur dari kursi presiden.
Republik Federal Sosialis Yugoslavia
Kondisi Yugoslavia mulai mengalami goyah setelahnya wafatnya Presiden Josip Broz Tito. Dalam kondisi Yugoslavia yang tidak menentu, muncul sosok Slobodan Milosevic yang berusaha menggantikan posisi Josip Broz Tito. Namun kepemimpinannya tidak sebagus Tito.
Dengan kondisi negara yang semakin memburuk, satu per satu wilayah Yugoslavia mendeklarasikan kemerdekaan. Diawali dengan upaya proklamasi kemerdekaan sepihak yang dilakukan Kroasia dan Slovenia. Kemudian disusul oleh Bosnia Herzegovina dan Makedonia.
Republik Federal Yugoslavia
Pasca merdekanya Kroasia, Slovenia, Bosnia Herzegovina dan Makedonia, Negara Yugoslavia masih tetap berdiri dengan nama Republik Federal Yugoslavia. Republik Federal Yugoslavia terdiri dari gabungan antara Negara Serbia dan Montenegro.
Namun Republik Federal Yugoslavia juga akhirnya mengalami perpecahan. Dari referendum yang dilakukan rakyat Montenegro, mayoritas suara menginginkan montenegro pisah dari Serbia. Hasil dari referendum itu disetujui dan Republik Federal Yugoslavia resmi bubar.
Cekoslowakia
Cekoslowakia merupakan salah satu negara yang berada di Eropa Tengah. Negara ini mengalami perpecahan secara damai pada 1 Januari 1993. Cekoslowakia pecah menjadi dua negara, yaitu Republik Ceko dan Republik Slowakia.
Jerman Timur
Berbeda dengan negara-negara sebelumnya yang bubar dan kemudian terpecah menjadi beberapa negara, Jerman Timur justru sebaliknya. Negara ini bubar pada tahun 1990 kemudian terintegrasi kembali dengan Jerman Barat. Jadi negara Jerman yang kita kenal sekarang merupakan integrasi antara Jerman Timur dengan Jerman Barat.
Referensi :
https://www.tagar.id/ini-10-negara-y...ah-anda-dengar
https://tirto.id/reformasi-ala-gorba...ni-soviet-dczk
http://www.hariansejarah.id/2017/02/...man-timur.html
https://tirto.id/cekoslowakianbsp198...m-komunis-cucW
https://www.dw.com/id/runtuhnya-yugo...unia/a-5789803
Thursday, 4 April 2019
Tawanan Pada Masa Jepang Memanfaatkan Air Kencing Sebagai Ragi Pembuat Roti
Berbicara tentang sejarah penjajahan di indonesia pasti tidak jauh dari negara belanda dan negara jepang. Kedua negara ini terkenal sebagai negara yang menjajah dengan sangat kejam. Perseteruan antar negara ini juga begitu kental terasa dimana orang belanda begitu membenci orang jepang dan begitu juga sebaliknya orang jepang membenci orang belanda.
Dalam salah satu peristiwa sejarah ketika jepang datang ke indonesia melalui tarakan, terjadi pertempuran antara jepang dan belanda. Dan akhirnya belanda dapat dikalahkan dan menyerah di daerah kalijati subang. Akibat kekalahan belanda maka tidak heran banyak dilakukan kekerasan dan perlakuan yang kejam kepada bangsa belanda, dan tentu saja ada sebagian orang yang ditahan di kamp milik jepang. Perlakuan tersebut tidak hanya dilakukan terhadap orang belanda tetapi juga dilakukan terhadap orang tionghoa dan keturunannya yang lebih memihak kepada bangsa belanda dan anti terhadap bangsa jepang.
Kamp tempat penahanan orang belanda dan keturunan tionghoa ini letaknya selalu berpindah pindah yang mana di salah satu sejarah tercatat bahwa kamp penawanan yang berpindah pindah tersebut diakhiri di daerah cimahi jawa barat. Awal mula pendudukan jepang di indonesia para tawanan ini diperlakukan dengan cukup baik terutama dalam soal pangan selalu tercukupi tapi lama kelamaan terutama pada tahun 1945 ketika keadaan jepang dalam perang dunia ke dua semakin terdesak mau tidak mau jepang juga mengurangi pasokan makanan ke dalam kamp penahanan.
Karena kondisi makanan yang mulai berkurang, diantara para tahanan ada yang meminta izin kepada jepang agar diizinkan untuk dapat memproduksi roti sendiri. Dalam membuat roti tentu diperlukan biang atau ragi yang tentu saja dalam kondisi jepang yang sangat terdesak hal ini tidak mungkin didapatkan.
Akhirnya para pembuat roti ini berinisiatif membuat ragi dari air kencing para tawanan. Para tawanan pun setuju dan setiap kali kencing mereka menampungnya di dalam ember - ember yang telah disediakan. Bahkan dari air kencing ini dapat juga menghasilkan sebuah minuman hasil olahan yang bernutrisi. Para tawanan merasa cukup beruntung karena setidaknya mereka dapat memakan roti dan dapat mengisi perut mereka yang kosong.
Sebuah kisah sejarah yang cukup menyedihkan, dan terbukti jika keadan tertekan dan terdesak ternyata apapun dapat digunakan untuk bertahan hidup.
Pada abad berikutnya, terdapat semakin banyak catatan dari orang Barat atau Tionghoa. Data mengenai penduduk masih tetap sama, dengan tambahan informasi di sejumlah sumber mengenai adanya orang-orang bertato. Nicolo de’ Conti tinggal selama setahun di kota Sciamuthera (Samudra) tahun 1430 dan menjadi orang pertama yang menyebut nama tempat “Batech” yang dikaittl dan gemar berperang. Nama tempat ini ditemukan kembali pada awal abad ke-16 melalui Tomé Pires yang menyebut “seorang raja dari Bata” dalam laporannya Suma Oriental (1512-1515) yang terkenal. Anehnya, sumber- sumber Tionghoa zaman itu tidak menyebutkan adanya populasi kanibal dan hanya membedakan antara masyarakat beradat yang sama dengan masyarakat di Jawa dan di Melaka, dan populasi kasar yang tidak selalu orang gunung. Pires mencatat tiga tempat yang menjadi pusat aktivitas dengan pedagang asing di Pesisir Timur Laut, yaitu Bata (di selatan Pasai) dengan barang perdagangan utama rotan, Aru yang memiliki cukup banyak kamper dan banyak kemenyan, serta Arcat. Nama suku “Bata” muncul berkat Fernão Mendes Pinto, (1509-1583) mungkin orang Eropa pertama yang pernah pergi
ke pedalaman utara Sumatra dan meninggalkan jejak tertulis. Dalam karyanya berjudul Peregrinação, penjelajah Portugis ini di antaranya mencatat kunjungan duta “raja orang Bata” ke kapten Melaka yang baru, Pedro de Faria, tahun 1539. Mendes Pinto antara lain melaporkan bahwa raja ini penganut paganisme dan ibu kotanya bernama Panaju, tetapi sebagian dari tulisannya mengenai wilayah utara Sumatra kurang masuk akal. Mendes Pinto juga yang pertama mencatat adanya masyarakat “Aaru” di Pesisir Timur Laut Sumatra dan mengunjungi rajanya yang Muslim.
Sekitar dua puluh tahun sebelumnya, Duarte Barbosa (1480-1521) sudah mencatat tentang kerajaan Aru yang ketika itu dikuasai oleh orang-orang kanibal penganut paganisme. Nama suku “Batang” muncul dalam sumber-sumber Arab lima belas tahun sesudah kisah Pinto. Penyair dan sastrawan Turki Sidi ‘Ali Celebi tahun 1554 menyebut tentang pemakan manusia yang bermukim di bagian barat Pulau Sumatra. Tahun 1563, Joao de Barros menggunakan kembali nama suku “Batas” dan menyebutkan bahwa masyarakat kanibal “yang paling liar dan paling gemar berperang sedunia” ini menghuni bagian pulau yang berhadapan dengan Melaka. Namun, sudut pandangnya mengenai geografi suku-suku hanya mengulang pandangan yang sudah berumur hampir tiga abad, yang menghadapkan kaum “Moros” (orang Islam), yakni orang asing yang datang untuk berdagang dan bermukim di daerah pantai, dengan kaum “Gentios” (penganut paganisme), penduduk asli pulaunya yang berlindung di daerah pedalaman. Di antara peristiwa-peristiwa penting di daerah tersebut yang dapat kita yakini, dapat dikemukakan direbutnya pusat perdagangan Deli oleh Aceh tahun 1612 dan kemudian Aru tahun berikutnya. Deli, yang disebut Dillij, dalam dokumen yang dipresentasikan di sini,
tidak lain daripada tempat yang akan menjadi pusat kesultanan Deli di Sumatra Timur Laut. Nama tempat ini masih digunakan sampai sekarang di wilayah Medan dengan Deli Tua dan Labuhan Deli. Baru setelah direbutnya Melaka oleh Belanda tahun 1641, kita mendapatkan kembali informasi tentang hubungan perdagangan pantai timur Sumatra Utara dengan dunia luar dan khususnya hubungan erat tersebut khususnya terkait dengan sejumlah pelabuhan di pesisir barat Semenanjung Melayu, terutama Melaka.
Maka sumber daghregister menyebutkan bahwa bulan Juni 1642, Arent Pater pergi ke Deli dan kembali dengan membawa delapan budak dan 270 gantang beras. Saat itu, Deli dianggap kawasan berbahaya karena sungai-sungainya sempit dan karena yang dihuni “orang-orang Batak” perampas (roofgierige Battaers). Selain itu, diketahui juga bahwa tahun 1644 sejumlah perahu berangkat dari Aceh menuju Perak dan singgah di Deli dengan muatan kain atau pakaian (cleden). Seseorang bernama Jooris Vermeeren yang singgah di Deli bulan Mei 1644 melaporkan bahwa tempat itu subur dan setiap tahunnya dapat memasok 300 sampai 400 last beras, delapan sampai sepuluh bahar lilin lebah, budak, kuda, serta sebahar kayu gaharu (agerhouwt). Ia juga membenarkan bahwa sebagian besar kain-kain berasal dari Aceh. Pada akhir tahun 1645, hubungan antara Deli dan Melaka tampak berjalan baik terbukti dengan panglima Deli mengirimkan seekor kuda sebagai hadiah kepada gubernur. Tahun 1648, sumber-sumber Belanda melaporkan bahwa sejumlah perahu meninggalkan Batavia menuju Deli dengan muatan kain atau pakaian dan garam. Tahun 1653, sumber Belanda juga mencatat kedatangan sebuah perahu bermuatan 40 lasten beras dari Deli. Tahun 1660-an, Schouten menyebut kota Dely Aru memiliki peran yang tidak begitu penting dalam perdagangan. Meskipun demikian, kain atau pakaian terus datang dari Aceh dan Batavia. Tahun 1670-an, Deli mengirim ke Batavia ikan (atau telur ikan) asin (gesoute vischkuyten), lilin lebah dan kacang, sebaliknya Batavia mengirim garam dan keramik. Tahun 1682, sebuah perahu berangkat dari Batavia menuju Deli melalui Melaka, dengan muatan antara lain besi bekas (oud ijser), tembaga, keramik, benang emas Tiongkok (chinees goutdraat) dan tembakau (tubacq) Tiongkok.
Jadi nama Deli tidak asing bagi pihak VOC ketika menerima laporan daripada orang Tionghoa itu pada tahun 1701. Dia juga menyebut sebuah tempat yang bernama Pande (atau Panda) di sekitar Deli. Bagi kami, Pande berbunyi seperti Panai yang merupakan nama muara Sungai Barumun dan Sungai Bilah sampai sekarang, sekitar 200 kilometer di tenggara Medan, di Selat Melaka. Jelas bahwa dalam laporan ini, Pande terletak di pantai timur atau di tepi sungai besar yang bermuara di pantai timur. Pada waktu itu, Pande mungkin merupakan pelabuhan utama Aru, karena pada sebuah peta tahun 1686, Aru digambarkan terletak di muara Sungai Barumun dan kelihatan seperti tempat yang lebih penting dibandingkan dengan Deli. Selain itu, lokasi ini masuk akal karena diceritakan juga bahwa orang Tionghoa tersebut mondar mandir di antara Pande dan kawasan pegunungan Angkola (Ancools gebergte). Sebenarnya daerah Angkol ini terletak di hulu Sungai Bilah dan Barumun yang disebut tadi. Tambahan lagi, juga disebut bahwa tempat tinggal orang Tionghoa itu di Angkola, terletak sejauh sekitar 10 hari dari Barus di pantai barat. Informasi ini juga cocok dengan satu tempat tinggal di pegunungan Angkola. Walaupun ringkas, gambaran orang Tionghoa mengenai keadaan ekonomi, budaya, termasuk kanibalisme, di pedalaman juga sangat menarik, karena merupakan gambaran sedemikian yang paling awal. Perlu dicatat juga bahwa, menurut laporan ini, tampaknya di pantai barat pada waktu itu, belum ada orang Tionghoa yang tinggal di Barus, sedangkan sudah ada komunitas Tionghoa di Padang. Baru 70 tahun sesudah laporan orang Tionghoa itu, terdapat satu lagi kisah perjalanan di pedalaman,yaitu masuknya Charles Miller ke pedalaman Tapanuli tahun 1772. Miller terkesan oleh keberagaman bahasa penduduk di pedalaman yang meskipun demikian memiliki abjad yang sama, dan mencatat tentang sebuah masyarakat kanibal bernama “Battas” yang berbeda dari semua penduduk lain di Sumatra dari segi bahasa, kebiasaan dan adat. Sepuluh tahun kemudian diterbitkan sintesis-sintesis pertama tentang Sumatra, yaitu sebuah artikel oleh Radermacher (1781) dan karya William Marsden yang terkenal, History of Sumatra (1783).
• Guillot, Claude (ed.), Lobu Tua. Sejarah Awal Barus.
Daniel Perret (penerjemah), Naniek H. Wibisono dan Ade Pristie Wahyo (peny. terj.).
Jakarta: EFEO/Association Archipel/Pusat Penelitian Arkeologi/Yayasan Obor Indonesia, 2002.
• Guillot, Claude; Perret D., Surachman H. et al., Histoire de Barus. Le site de Lobu Tua. II: Etude archéologique et Documents.
Paris: Archipel, Cahier d’Archipel 30, 2003. Edisi dalam bahasa Indonesia: Barus Seribu Tahun Yang Lalu.
Jakarta, EFEO/Forum Jakarta-Paris/KPG/Puslitbang Arkenas, 2008.
• Perret, Daniel, La formation d’un paysage ethnique. Batak et Malais de Sumatra nord-est. Paris: EFEO, Monographies, no 179, 1995.
Edisi baru dalam bahasa Indonesia: Kolonialisme dan Etnisitas. Batak dan Melayu di Sumatra Timur Laut. Saraswati Wardhany,penerjemah.
Jakarta, EFEO/KPG/Forum Jakarta-Paris/Puslitbang Arkenas, 2010.
• Perret, Daniel dan Surachman, Heddy (eds.), Histoire de Barus-Sumatra. III: Regards sur une place marchande de l’océan Indien (XIIe-milieu du XVIIe s.).
Paris: EFEO/Archipel (cahier d’Archipel 38).
• Perret, Daniel, Heddy Surachman, Lucas P. Koestoro, Sukawati Susetyo,
“Le programme archéologique franco-indonésien sur Padang Lawas (Sumatra Nord).
Réflexions préliminaires”, Archipel, 74, 2007: 45-82.
Courtesy Arsip Nasional Republik Indonesia dan The Corts Foundation