Orde Baru dan Video Game di Indonesia (1981-1987)
Keradaan
Video Game di Indonesia nyaris tak terdata oleh catatan para peneliti.
Kebanyakan pihak mengandalkan ingatan pribadi dan membuat keberadaan
video game yang terdata dari 1990-an di mana Playstation 1994 dan
Tamagochi di 1995-1996 merebak di Indonesia. Nyaris tak ada yang
mengetahui keberadaan video game di Indonesia di 1980-an kecuali
generasi yang lahir 1970-an yang mengenal game konsol'Atari'. Namun
kapan tahun pasti video game masuk Indonesia?
Keberadaan
Video game di dunia sudah dimulai dengan riset-riset militer dan
universitas sejak 1950 sampai 1960-an. Puncaknya terjadi di 1970-an di
mana Spacewar (1971) gagal di pasar, tapi Pong (1972) booming dan memacu perusahaan televisi untuk membuat mesin arcade dan konsol yang di sebut sebagai 'video computer games' .
Video Game masuk ke Jepang di 1972 dengan Taito membeli lisensi video game Amerika untuk mendistribusikan game di Jepang dan kelak beberapa designer Jepang masuk ke Atari dan menyumbang karya berharganya seperti Space Invaders dari Atari(1980).
Dalam perkembangannya, Video Game di Jepang di akhir 1970-an mulai memproduksi mesin game sendiri dan menjadi alternatif para distributor ketimbang membeli alat video game dari Amerika dan Eropa barat.
Video Game masuk ke Jepang di 1972 dengan Taito membeli lisensi video game Amerika untuk mendistribusikan game di Jepang dan kelak beberapa designer Jepang masuk ke Atari dan menyumbang karya berharganya seperti Space Invaders dari Atari(1980).
Dalam perkembangannya, Video Game di Jepang di akhir 1970-an mulai memproduksi mesin game sendiri dan menjadi alternatif para distributor ketimbang membeli alat video game dari Amerika dan Eropa barat.
Keberadaan
Video game di Indonesia kemungkinan besar sudah ada di 1973 dengan
adanya pernyataan pengusahaan hiburan di 1981 dan keberadaan Video Game
meluas tak hanya di Jakarta saja, tapi juga banyak kota-kota besar di
Indonesia bahkan sudah menjadi gaya hidup anak muda di 1980-an. Hal ini
menjadi pertanyaan orang-orang apakah video game punya manfaat atau
tidak termasuk golongan 45.
Akhirnya pada rapat Dewan Pertimbangan Agung di 7 Desember 1981, dihasilkan rekomendasi mengenai stabilitas dan masalah di masyarakat, termasuk kenakalan remaja. pada 15 Desember, G.P.H. Djatikusumo, wakil DPA dan juga purnwirawan ABRI memberikan rekomendasi untuk melarang peredaran video game kepada Presiden Suharto.
Presiden Suharto menyetujui rekomendasi dari DPA dan kalau perlu didepak dari Indonesia. Alhasil, pada 16 Desember terjadi kegaduhan nasional di mana pemerintah melarang Video Game dan 17 Desember, Laksamana Sudomo, Wakil Jenderal ABRI dan Panglima Kopkamtib mengeluarkan surat edaran R.311/KPKAM yang berisi pelarangan video game dan rinciannya kepada kepala daerah dan pelaksana Kamtib daerah di seluruh Indonesia. Alhasil kegaduhan terus berlanjut terlebih para investor...
Akhirnya pada rapat Dewan Pertimbangan Agung di 7 Desember 1981, dihasilkan rekomendasi mengenai stabilitas dan masalah di masyarakat, termasuk kenakalan remaja. pada 15 Desember, G.P.H. Djatikusumo, wakil DPA dan juga purnwirawan ABRI memberikan rekomendasi untuk melarang peredaran video game kepada Presiden Suharto.
Presiden Suharto menyetujui rekomendasi dari DPA dan kalau perlu didepak dari Indonesia. Alhasil, pada 16 Desember terjadi kegaduhan nasional di mana pemerintah melarang Video Game dan 17 Desember, Laksamana Sudomo, Wakil Jenderal ABRI dan Panglima Kopkamtib mengeluarkan surat edaran R.311/KPKAM yang berisi pelarangan video game dan rinciannya kepada kepala daerah dan pelaksana Kamtib daerah di seluruh Indonesia. Alhasil kegaduhan terus berlanjut terlebih para investor...
Kondisi Pasar Video Game di Indonesia sebelum pelarangan Kopkamtib 1981
Pasar Game di Indonesia di tahun 1981 sangat menjanjikan bagi para investor khususnya investor dunia hiburan. Di banyak kota besar khususnya Jawa, banyak pusat hiburan atau amusment place. Produk mesin dingdong harganya cukup mahal mulai dari 1 juta hingga1.5 juta ynga cukup besar saat itu. Begitu juga cukai yang kena di Tanjung Priok karena pelabuhan ini gerbang masuk mesin-mesin hiburan dari Amerika, Eropa, dan Jepang.
Distributor video game ada banyak seperti PT Gala Media yang merakit mesin dingdong dari Jepang dan merakitnya di Kebayoran Baru sebelum mendistribusikannya ke kota-kota besar di Jakarta.
Masyarakat khususnya anak muda bisa memainkan mesin dingdong dengan 50 rupiah sekali main dan menjadikan mesin dingdong alat hiburan sejuta umat. Mesin video computer game rumah atau zaman sekarang konsol mulai masuk ke Indonesia seperti Interton dari Jerman Barat dan Atari yang didistribusikan oleh Multipolar Coperation, anak grup Lippo (distributor TV juga) ke banyak toko elektronik di Jakarta.
Multipolar berhasil mendapatkan lisensi Atari, perusahaan TV game tersukses di Amerika saat itu, di akhir Oktober dan mengadakan pameran game di Ratu Plaza 27 November 1981 sampai 3 Januari 1982. Di tempat lain di Proyekan Senen, tepatnya dunia anak-anak Bobo mesin-mesin VCG sudah banyak dan bisa dinikmati anak-anak. Selain mesin dingdong, dan VCG, ada juga gamewatch yang ukurannya kecil seperti gimbot, tapi gamewatch sama juga dengan gim jam tangan Casio yang menjadi keunggulan mereka.
Pasar Game di Indonesia di tahun 1981 sangat menjanjikan bagi para investor khususnya investor dunia hiburan. Di banyak kota besar khususnya Jawa, banyak pusat hiburan atau amusment place. Produk mesin dingdong harganya cukup mahal mulai dari 1 juta hingga1.5 juta ynga cukup besar saat itu. Begitu juga cukai yang kena di Tanjung Priok karena pelabuhan ini gerbang masuk mesin-mesin hiburan dari Amerika, Eropa, dan Jepang.
Distributor video game ada banyak seperti PT Gala Media yang merakit mesin dingdong dari Jepang dan merakitnya di Kebayoran Baru sebelum mendistribusikannya ke kota-kota besar di Jakarta.
Masyarakat khususnya anak muda bisa memainkan mesin dingdong dengan 50 rupiah sekali main dan menjadikan mesin dingdong alat hiburan sejuta umat. Mesin video computer game rumah atau zaman sekarang konsol mulai masuk ke Indonesia seperti Interton dari Jerman Barat dan Atari yang didistribusikan oleh Multipolar Coperation, anak grup Lippo (distributor TV juga) ke banyak toko elektronik di Jakarta.
Multipolar berhasil mendapatkan lisensi Atari, perusahaan TV game tersukses di Amerika saat itu, di akhir Oktober dan mengadakan pameran game di Ratu Plaza 27 November 1981 sampai 3 Januari 1982. Di tempat lain di Proyekan Senen, tepatnya dunia anak-anak Bobo mesin-mesin VCG sudah banyak dan bisa dinikmati anak-anak. Selain mesin dingdong, dan VCG, ada juga gamewatch yang ukurannya kecil seperti gimbot, tapi gamewatch sama juga dengan gim jam tangan Casio yang menjadi keunggulan mereka.
0 comments:
Post a Comment