Monday, 19 November 2018

NIROM, Radio Era Hindia-Belanda yang Menguasai Jawa...

NIROM, Radio Era Hindia-Belanda yang Menguasai Jawa...

NIROM, Radio Era Hindia-Belanda yang Menguasai Jawa...
Gedang baru RRI di jalan Merdeka Barat Jakarta. Didirikan tepat ditempat NIROM (Nederlands Indische Radio Omroep Maatchappi) dulu. Ditempat yang sama pernah berkumandang Radio Pendudukan Jepang dan Radio Pendudukan Tentara Sekutu.

Ketika pertama kali mendengar kata "radio", sebagian orang pasti berasumsi kalau perangkat komunikasi itu sudah ketinggalan zaman. Asumsi yang wajar, sebab masyarakat saat ini cenderung menggunakan internet untuk mendapatkan informasi yang cepat.

Namun, kini radio telah berubah. Tak hanya disiarkan melalui "pesawat radio", pendengar bisa mengaksesnya melalui aplikasi berbasis internet di smartphone . Perkembangan ini bisa menjadikan radio lebih fleksibel di masa yang menuntut perkembangan teknologi.

Hari Radio Nasional pun seolah mengingatkan masyarakat akan pentingnya radio. Diperingati setiap 11 September, Hari Radio Nasional ditandai dengan berdirinya Radio Republik Indonesia pada 73 tahun lalu.

Tak hanya bersifat memberikan informasi, RRI kini juga memberikan program hiburan yang meliputi kebudayaan, perkembangan kota/desa dan juga saluran khusus luar negeri.
Jika kita sejenak menoleh ke belakang betapa panjangnya perjalanan industri radio di Indonesia.

Terdapat salah satu radio yang ketika itu eksistensinya begitu besar. Radio itu bernama Nederlandsch Indische Radio Omroep Masstchapyj (NIROM).

Dilansir dari situs RRI, radio ini berdiri untuk menangani pemancaran siaran ke seluruh Jawa dan beberapa tahun berikutnya adalah seluruh Hindia Belanda. Pada 1934, NIROM baru mulai memancarkan siarannya.

Pemerintah Hindia Belanda selain mendirikan NIROM juga meresmikan "Radiowet" atau dikenal dengan Undang-Undang Radio untuk membatasi dan mengontrol siaran radio-radio yang ada.

Kerja sama

Ketika memulai debutnya, radio ini menggunakan siaran dalam bahasa Belanda. Namun, memasuki era 1935, penggunaan bahasa daerah juga digunakan untuk menyeimbangkan dengan pendengar di Indonesia.

Berawal dari Jakarta, eksistensi NIROM menjalar ke berbagai kota di daerah, seperti Bandung dan Medan. Perkembangannya yang cukup baik menyebabkan NIROM tumbuh bebas, apalagi ketika itu terdapat "pajak radio" bagi pihak yang mendengarkannya.

Pada masa itu, saluran khusus antara Batavia, Bogor, Sukabumi, Bandung, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Solo, Yogykarta, Magelang, Surabaya, Tangerang, Depok, Bekasi, Malang berjumlah 1,2 juta meter saluran yang bisa memberi modulasi kepada pemancar kota itu.

Hasilnya, NIROM dapat mengadakan siaran sentral dari Semarang, Bandung, Surabaya, Yogyakarta ataupun Solo.

NIROM bisa mengembangkan dan meningkatkan pancarannya dengan stasiun relay di kota-kota besar. Selain itu, Pemerintah Hindia Belanda juga memberikan kucuran dana untuk pengembangan radio ini.

Munculnya perkumpulan stasiun radio di kalangan bangsa Indonesia disebabkan pada kenyataannya, NIROM mendapat prioritas lebih dari Pemerintah Hindia Belanda.

Secara tak langsung, NIROM merupakan perusahaan yang mencari keuntungan finansial dan membantu kukuhnya penjajahan di Hindia-Belanda.

Pada 29 Maret 1937, perwakilan radio-radio swasta di berbagai daerah mengadakan pertemuan karena sebelumnya mendapatkan kabar kalau NIROM tidak akan me- relay stasiun radio milik kalangan bumiputra. Hasilnya terbentuklah Perikatan Perkumpulan Radio Ketimuran (PPRK).

PPRK ini akhirnya berkoalisi dengan NIROM untuk mengadakan siaran. Salah satunya PPRK menyelenggarakan siaran ketimuran sedangkan NIROM segi tekniknya.

Seiring berjalannya waktu, perkembangan pada Perang Dunia 2 menyebabkan status Belanda di Indonesia menggantung. Jepang yang mendominasi Pasifik bisa menduduki Indonesia.

Otomatis, siaran radio NIROM mati dan diusurs jawatan khusus Jepang, Hoso Kanri Kyoku. Berawal dai situlah, nantinya RRI akan terbentuk pada 11 September 1945.

0 comments:

Post a Comment