Belanda menjajah selama 350 tahun, tetapi mengapa agama Katolik/Protestan masih minoritas di Indonesia? Padahal, Belanda merupakan negara yang penduduknya mayoritas beragama Katolik dan Protestan.
Apakah Belanda tidak ingin agama yang mayoritas dianut penduduknya juga ikut disebarkan ke wilayah jajahannya, sebagaimana terjadi di negara jajahan lain?
Oh ya, sebelum membahasnya lebih jauh, saya harus menegaskan bahwa artikel ini bukanlah bentuk kekecewaan terhadap Belanda yang 'gagal' menyebarkan Kristen di Indonesia. Sama sekali tidak. Thread ini hanyalah bentuk kajian sejarah yang objektif, tanpa bumbu keinginan yang aneh-aneh.
Bagi saya, kebebasan beragama, apapun keyakinan Anda, merupakan sesuatu yang wajib dihormati dan dihargai. Seperti kata orang bijak, jika kita tidak bisa satu dalam keimanan, tetapi kita tetap satu dalam kemanusiaan. Ya, menurut saya, puncak dari seluruh agama adalah menghargai kemanusiaan.
Jika agama tidak diajarkan, lantas apa yang menjadi pedoman etika di Belanda ialah"Etika
logika . Contoh, membunuh manusia itu secara etika sudah salah, mencuri
pun salah secara etika. Makanya kami tidak mengenal pelajaran agama di
sekolah, tetapi pelajaran etika dan mengapa Belanda kurang peduli terhadap agama , karna
Dalam sejarah Belanda, pernah mengalami masa-masa kelam akibat adanya
perebutan pengaruh agama khususnya Katolik dan Protestan.
"Negara Belanda di pinggir laut, sehingga menjadi pusat ekonomi dan bisnis di Eropa. Akibatnya, pengaruh dari luar Belanda seperti Jerman sering memicu konflik. Upaya penyebaran agama Katolik dan Protestan sering menjadi masalah. Daripada sibuk mengurusi agama yang cenderung ke pertumpahan darah, pemerintah Belanda memutuskan untuk tidak lagi mencampuri agama. Penduduk diberikan keleluasaan, boleh beragama atau ateis,"
Sebagai gantinya, etika diajarkan di sekolah-sekolah, yang seluruhnya mengandalkan logika akal sehat. Tentang mana perbuatan baik dan mana perbuatan jahat tanpa didasari dalil-dalil agama. Hasilnya, Belanda pun menjadi negara yang sukses melewati perbedaan pandangan terhadap agama hingga sekarang.
Memang, bila merujuk pada sejarah bangsa lain khususnya Irlandia dan Irlandia Utara, pengalaman Belanda yang memisahkan agama dan negara memang cukup masuk akal. Lihat saja, Irlandia yang mayoritas Katolik dan Irlandia Utara yang mayoritas Protestan, sudah sejak lama sering terlibat pertikaian yang tak jarang menimbulkan korban jiwa di kedua belah pihak.
Nah, jawaban pemisahan agama dan negara tersebut, sekaligus menjawab kenapa Belanda tidak terlalu mencampuri urusan agama selama 350 tahun bercokol di Indonesia.
Belanda hanya berkepentingan 'mengeruk' kekayaan Indonesia tanpa memaksa adanya perubahan keyakinan beragama. Oleh sebab itu Belanda Hanya memberlakukan 2G Saja yakni (Glory dan Gold) atau Kejayaan atau Kekayaan dan tidak memberlakukan Gospel (Penyebaran Agama)
Ditambah lagi, kedatangan misionari Belanda ke Indonesia bukan karena Belanda sedang menguasai negara itu sehingga ini dianggap peluang untuk memperoleh jemaat sebanyak-banyaknya, melainkan sudah menjadi tugas para misionaris untuk menyebarkan Injil ke seluruh dunia. Walaupun kita tahu jelas organisasi Belanda sendiri tidak mendukung para misionaris di Indonesia saat itu.
Dan sekedar tambahan, penyebaran agama Kristen dengan kedatangan misionaris justru langsung memperkenalkan Kristianitas, misal mulai menterjemahkan Alkitab ke bahasa setemat
Dan Banyak Yang Beranggapan bahwa Belanda menjajah Indonesia disalah satu sisi juga menyebarkan Agama Kristenn Salah satu alasan perlawanan tersebut adalah karena dugaan penjajah Belanda akan melakukan penyebaran agama Kristen di tanah Aceh. Pihak Aceh kalah dalam perang tersebut setelah pasukan Belanda melakukan sesuai siasat licik yang diperintahkan oleh Dr Snouck Hurgronje usai memata-matai wilayah Aceh dan berakhir dengan sebuah Traktat Pendek. Namun apa yang terjadi ? Wilayah Aceh hingga sekarang ini pun masih menjadi dan bahkan paling dikenal menjadi suatu wilayah berpenduduk non-Kristen di Indonesia hingga saat ini. Jika alasan penjajah Belanda menyerang tanah Aceh karena ingin melakukan penyebaran agama Kristen, tentunya sejak kekalahan pihak Aceh wilayah tersebut dengan mudahnya sudah tidak lagi menjadi wilayah non-Kristen. Namun kenyataannya pun tidak.
Itulah sekelumit kesalahan duga yang selama ini dipikirkan masyarakat Indonesia yang diperlihatkan oleh sejarah yang justru memperlihatkan bahwa Kristen tidaklah terkait dengan penjajahan Belanda. Tak hanya perang Aceh saja, perang Diponegoro (Jawa Tengah), perang Padri (Sumatera Barat), serta peperangan melawan penjajah Belanda pada wilayah non-Kristen lainnya yang hingga saat ini masih menjadi wilayah non-Kristen. Kalaupun ada itupun adalah perang Pattimura namun saat itupun sudah disebutkan bahwa wilayah tersebut telah menjadi wilayah Kristen jauh sebelum peperangan tersebut. Padahal selama ini dikatakan bahwa setelah suatu wilayah pribumi dikuasai penjajah Belanda, tentara dan rakyat di wilayah tersebut dipaksa agar menganut agama Kristen. Namun kenyataannya pula tidak seperti yang telah disebutkan.
Sebaliknya, agama Kristen justru berkembang pada daerah-daerah yang tidak disebutkan pernah terjadi peperangan melawan penjajah Belanda seperti NTT, Timor Timur, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
"Negara Belanda di pinggir laut, sehingga menjadi pusat ekonomi dan bisnis di Eropa. Akibatnya, pengaruh dari luar Belanda seperti Jerman sering memicu konflik. Upaya penyebaran agama Katolik dan Protestan sering menjadi masalah. Daripada sibuk mengurusi agama yang cenderung ke pertumpahan darah, pemerintah Belanda memutuskan untuk tidak lagi mencampuri agama. Penduduk diberikan keleluasaan, boleh beragama atau ateis,"
Sebagai gantinya, etika diajarkan di sekolah-sekolah, yang seluruhnya mengandalkan logika akal sehat. Tentang mana perbuatan baik dan mana perbuatan jahat tanpa didasari dalil-dalil agama. Hasilnya, Belanda pun menjadi negara yang sukses melewati perbedaan pandangan terhadap agama hingga sekarang.
Memang, bila merujuk pada sejarah bangsa lain khususnya Irlandia dan Irlandia Utara, pengalaman Belanda yang memisahkan agama dan negara memang cukup masuk akal. Lihat saja, Irlandia yang mayoritas Katolik dan Irlandia Utara yang mayoritas Protestan, sudah sejak lama sering terlibat pertikaian yang tak jarang menimbulkan korban jiwa di kedua belah pihak.
Nah, jawaban pemisahan agama dan negara tersebut, sekaligus menjawab kenapa Belanda tidak terlalu mencampuri urusan agama selama 350 tahun bercokol di Indonesia.
Belanda hanya berkepentingan 'mengeruk' kekayaan Indonesia tanpa memaksa adanya perubahan keyakinan beragama. Oleh sebab itu Belanda Hanya memberlakukan 2G Saja yakni (Glory dan Gold) atau Kejayaan atau Kekayaan dan tidak memberlakukan Gospel (Penyebaran Agama)
Ditambah lagi, kedatangan misionari Belanda ke Indonesia bukan karena Belanda sedang menguasai negara itu sehingga ini dianggap peluang untuk memperoleh jemaat sebanyak-banyaknya, melainkan sudah menjadi tugas para misionaris untuk menyebarkan Injil ke seluruh dunia. Walaupun kita tahu jelas organisasi Belanda sendiri tidak mendukung para misionaris di Indonesia saat itu.
Dan sekedar tambahan, penyebaran agama Kristen dengan kedatangan misionaris justru langsung memperkenalkan Kristianitas, misal mulai menterjemahkan Alkitab ke bahasa setemat
Dan Banyak Yang Beranggapan bahwa Belanda menjajah Indonesia disalah satu sisi juga menyebarkan Agama Kristenn Salah satu alasan perlawanan tersebut adalah karena dugaan penjajah Belanda akan melakukan penyebaran agama Kristen di tanah Aceh. Pihak Aceh kalah dalam perang tersebut setelah pasukan Belanda melakukan sesuai siasat licik yang diperintahkan oleh Dr Snouck Hurgronje usai memata-matai wilayah Aceh dan berakhir dengan sebuah Traktat Pendek. Namun apa yang terjadi ? Wilayah Aceh hingga sekarang ini pun masih menjadi dan bahkan paling dikenal menjadi suatu wilayah berpenduduk non-Kristen di Indonesia hingga saat ini. Jika alasan penjajah Belanda menyerang tanah Aceh karena ingin melakukan penyebaran agama Kristen, tentunya sejak kekalahan pihak Aceh wilayah tersebut dengan mudahnya sudah tidak lagi menjadi wilayah non-Kristen. Namun kenyataannya pun tidak.
Itulah sekelumit kesalahan duga yang selama ini dipikirkan masyarakat Indonesia yang diperlihatkan oleh sejarah yang justru memperlihatkan bahwa Kristen tidaklah terkait dengan penjajahan Belanda. Tak hanya perang Aceh saja, perang Diponegoro (Jawa Tengah), perang Padri (Sumatera Barat), serta peperangan melawan penjajah Belanda pada wilayah non-Kristen lainnya yang hingga saat ini masih menjadi wilayah non-Kristen. Kalaupun ada itupun adalah perang Pattimura namun saat itupun sudah disebutkan bahwa wilayah tersebut telah menjadi wilayah Kristen jauh sebelum peperangan tersebut. Padahal selama ini dikatakan bahwa setelah suatu wilayah pribumi dikuasai penjajah Belanda, tentara dan rakyat di wilayah tersebut dipaksa agar menganut agama Kristen. Namun kenyataannya pula tidak seperti yang telah disebutkan.
Sebaliknya, agama Kristen justru berkembang pada daerah-daerah yang tidak disebutkan pernah terjadi peperangan melawan penjajah Belanda seperti NTT, Timor Timur, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Penyebaran Agama oleh Bangsa Portugis dan Spanyol
Satu hal yang pasti bahwa sejak kedatangan Portugis dan Spanyol di kepulauan Indonesia, proses kristenisasi mulai berlangsung. Hal ini seiring dengan adanya motif agama yang kuat sebagai tugas suci di belakang ekspansi kedua bangsa itu keluar Eropa. Kita ingat, bahwa penjelajahan samudera memiliki tiga faktor pendorong yaitu gold, glory dan gospel.
Penyebaran Kristen di Indonesia pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu penyebaran Katholik dan penyebaran Protestan. Penyebaran Katholik diprakarsai oleh para rahaniawan yaitu para pastor dan biarawan, sedangkan penyebaran Kristen Protestan dirintis oleh para pendeta atau Pengabar Injil.
Salah satunya Fransiscus Xaverius adalah seorang misionaris yang banyak dikenal penduduk Indonesia. Berkat usahanya, agama Katolik berkembang di Indonesia terutama Indonesia Timur. Pada awalnya, para misionaris Katolik dari Portugis memusatkan kegiatannya di Maluku, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, Pulau Siau, dan Sangir. Selanjutnya, para misionaris itu berusaha menyebarkan agama Katolik ke bagian barat Indonesia,
Kehadiran Belanda di Indonesia merubah peta pengkristenan di beberapa daerah di Indonesia. Belanda adalah penganut Protestan yang beraliran Calvinis.Di Maluku sebagian besar penduduk yang telah beragama Katholik berganti menjadi Calvinis dan VOC melarang misi Katholik melakukan kegiatan keagamaan.
Satu hal yang pasti bahwa sejak kedatangan Portugis dan Spanyol di kepulauan Indonesia, proses kristenisasi mulai berlangsung. Hal ini seiring dengan adanya motif agama yang kuat sebagai tugas suci di belakang ekspansi kedua bangsa itu keluar Eropa. Kita ingat, bahwa penjelajahan samudera memiliki tiga faktor pendorong yaitu gold, glory dan gospel.
Penyebaran Kristen di Indonesia pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu penyebaran Katholik dan penyebaran Protestan. Penyebaran Katholik diprakarsai oleh para rahaniawan yaitu para pastor dan biarawan, sedangkan penyebaran Kristen Protestan dirintis oleh para pendeta atau Pengabar Injil.
Salah satunya Fransiscus Xaverius adalah seorang misionaris yang banyak dikenal penduduk Indonesia. Berkat usahanya, agama Katolik berkembang di Indonesia terutama Indonesia Timur. Pada awalnya, para misionaris Katolik dari Portugis memusatkan kegiatannya di Maluku, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, Pulau Siau, dan Sangir. Selanjutnya, para misionaris itu berusaha menyebarkan agama Katolik ke bagian barat Indonesia,
Kehadiran Belanda di Indonesia merubah peta pengkristenan di beberapa daerah di Indonesia. Belanda adalah penganut Protestan yang beraliran Calvinis.Di Maluku sebagian besar penduduk yang telah beragama Katholik berganti menjadi Calvinis dan VOC melarang misi Katholik melakukan kegiatan keagamaan.
Perkembangan
agama Katolik dan Protestan mempunyai hak yang sama sejak Indonesia
dipegang oleh Gubernur Jenderal Daendels. Sejak itu, para misionaris dan
zending berlomba-lomba menyebarkan agamanya ke daerah-daerah yang belum
dijangkau Islam. Daerah di Indonesia yang mendapat pengaruh Kristen,
antara lain sebagai berikut:
- Sulawesi Utara : Manado, Pulau Siau, Pulau Sangir Talaud, Tondana, Minahasa, Tomohon, Luwu, Mamesa, dan Poso; :
- Nusa Tenggara Timur Timor, Pulau Ende, Larantuka, dan Lewanama; :
- Pulau Jawa : Blambangan, Panarukan, Batavia, Semarang, dan Yogyakarta (Katolik) serta di Mojowarno dan Ngoro, Kebumen, Purworejo, Purbalingga, dan Banyumas (Protestan), sedangkan di Jawa Barat berkembang di Bogor, Sukabumi, dan Bandung; :
- Sumatera Utara :Angkola, Sipirok, Tapanuli Selatan, Samosir, Sibolga, Karo, Kabanjahe, Sirombu, dan Kepulauan Nias
- Kalimantan Selatan :Barito dan Kuala Kapuas
- Kalimantan Barat :Pontianak;
- Kalimantan Tengah: menyentuh masyarakat Dayak; Papua dan Maluku
peraturan
yang dikeluarkan pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1854, adalah para
guru, rohaniawan, zending dan missionaries kristiani harus memiliki
izin khusus dari Gubernur Jenderal untuk melakukan kegiatan ‘dakwah’.
Seiring dengan peraturan itu, daerah Banten, Aceh, Sumatera Barat dan
Bali tertutup untuk kegiatan missi Kristen apapun. Dengan demikian,
penduduk muslim yang berada di banten, Aceh dan Sumatera Barat tidak
terusik oleh kegiatan missi. Islam berkembang di daerah tersebut dengan
leluasa seakan mendapat keleluasaan dari pihak pemerintah kolonial.
Begitu juga masyarakat Hindu di Bali, kepercayaan yang mereka pegang
teguh sejak masa sebelum kedatangan bangsa Eropa di Bali tetap eksiskarna
Belanda beranggap bahwa Bali adalah cagar alam satu-satunya basis Hindu
yang tersisa dan melarang adanya penyebaran Agama dari luar .
dan kerap Belanda juga melarang penyebaran agama Kristen diWilayah
mayoritas Islam dengan alasan lebih menghormati penduduk tersebut dan
lebih memilih menyebarkan Kekristenan diwilayah yang masih menganut
Kepercayaan Tradisional Lokal.
Salah
satu fenomena yang menarik dari perkembangan agama nasrani di Indonesia
adalah munculnya gereja-gereja local yang sebagian dari mereka pada
masa kolonial tidak diakui oleh gereja yang datang dari Barat. Bahkan
posisi mereka dicap sebagai ajaran yang menyimpang dari Injil. Contoh
yang muncul di Jawa Timur daerah Mojokerto, Kristen local
disebarluaskan olehPenduduk lokal Kiai Tunggul Wulung. Di Bagelen, Jawa tengah ajarannya dikembangkan oleh Kiai Sadrach.
Kiai Sadrach Surapranata(1835-1924 ), memadukan ajaran Kristen dengan mistik dan adat local Jawa. Ia dianggap menganut ajaran sesat atau palsu oleh para missionaries Kristiani Eropa. Namun pada tahun 1887, mampu membaptis seorang bangsawan dari keraton Pakualaman. Pada tahun 1890, pengikutnya hampir 7000 orang yang tersebar di 371 desa di Jawa tengah dan Jawa Timur yang menyebarkan Agama kristen dengan menyatukan Kebudayaan Jawa sperti melalui Tembang-tembang Jawa,Wayang,Dan kesenian Jawa lainnya.
Jika sebelumnya sebagian besar pemeluk agama kristiani di Jawa terdiri dari penduduk perkotaan, di bawah gereja-gereja local berkembang komunitas Kristiani di daerah pedesaan. Pertemuan Ajaran Kristiani Eropa dengan unsure-unsur local di Jawa kemudian menghasilkan gereja-gereja local seperti :
1. Pasumahan Kristen Jawa Merdika ( PKJM )
2. Gereja Kristen jawa ( GKJ )
3. Gereja Kristen Sunda ( GKS )
4. Gereja Kristen Jawi Wetan ( GKJW )
KIAI TUNGGUL WULUNG MISSIONARIS YANG MENGABARKAN INJIL DILERENG GUNUNG KELUD
Kiai Sadrach Surapranata(1835-1924 ), memadukan ajaran Kristen dengan mistik dan adat local Jawa. Ia dianggap menganut ajaran sesat atau palsu oleh para missionaries Kristiani Eropa. Namun pada tahun 1887, mampu membaptis seorang bangsawan dari keraton Pakualaman. Pada tahun 1890, pengikutnya hampir 7000 orang yang tersebar di 371 desa di Jawa tengah dan Jawa Timur yang menyebarkan Agama kristen dengan menyatukan Kebudayaan Jawa sperti melalui Tembang-tembang Jawa,Wayang,Dan kesenian Jawa lainnya.
Jika sebelumnya sebagian besar pemeluk agama kristiani di Jawa terdiri dari penduduk perkotaan, di bawah gereja-gereja local berkembang komunitas Kristiani di daerah pedesaan. Pertemuan Ajaran Kristiani Eropa dengan unsure-unsur local di Jawa kemudian menghasilkan gereja-gereja local seperti :
1. Pasumahan Kristen Jawa Merdika ( PKJM )
2. Gereja Kristen jawa ( GKJ )
3. Gereja Kristen Sunda ( GKS )
4. Gereja Kristen Jawi Wetan ( GKJW )
KIAI TUNGGUL WULUNG MISSIONARIS YANG MENGABARKAN INJIL DILERENG GUNUNG KELUD
Quote:
Setidaknya, hal itu terbukti dari penyebaran Protestan di tanah Batak, yang justru dilakukan oleh IL Nommensen, seorang misionaris Jerman. Padahal, masuknya agama Kristen ke wilayah Batak juga bersamaan dengan berlangsungnya masa penjajahan Belanda. Juga Pnyebaran agama Katolik di Timor-timur dan Maluku yang dilakukan oleh Franciscus Xaverius dan Kiai Sadrach,Kiai Tunggul Wulung ,Kiai Dasimah Missionaris lokal yang menyebarkan agama Kristen disebagian daerah diJawa
Quote:
KESIMPULAN:
Bahwa Penyebaran agama Kristen/Katolik ini yang dilakukan oleh Bangsa Barat dilarang oleh Belanda karna Belanda tidak mau mencampuradukan Politik dengan Agama yang pada saat itu VOC dengan alasan bahwa pada saat itu diBelanda terjadi Konflik antara Penganut Katolik dan Protestan yang menyebabkan pertumpahan darah dan dari pada terjadi Pertumpahan darah yang lebih banyak Akhirnya Belanda melarang adanya Penyebaran agama Nasrani di Indonesia. Belanda Juga tidak mementingkan Gospel sehingga Belanda hanya memberlakukan 2G (Glory,Gold) atau Kejayaan dan Kekayaan tanpa adanya Gospel(Penyebaran agama).
Berbeda dengan bangsa Barat lainnya seperti Spanyol dan Portugis yang memberlakukan 3G (Gold,Glory,Gospel sekaligus) dimana disatu sisi mengeruk kekayaan alam juga Menyebarkan agama Katolik. Bahkan Missionaris (Penyebar agama Kristen) lebih banyak dilakukan oleh orang Non Belanda yakni Nomenseen dari Jerman yang menyebarkan Kekristenan di Tanah Batak lalu Fransiscus Xaverius yang Menyebarkan Katolik di Bagian Indonesia Timur dan pada awal Penyebaran Kristen diJawa justru dilakukakan oleh Penduduk lokal Pribumi yakni Kiai Tunggul Wulung,Kiai Sadrach,Kiai Dasimah dan masih banyak lagi. tambahan juga Penyebaran Agama Kristen hanya dilakukan oleh Pribadi lepas pribadi yang memiliki Kemauan dan Panggilan hati bukan dengan Organisasi Penyebaran Kristen dan Organisasi Penyebaran Kristen baru diijinkan dengan kedatangan NZG
Bahwa Penyebaran agama Kristen/Katolik ini yang dilakukan oleh Bangsa Barat dilarang oleh Belanda karna Belanda tidak mau mencampuradukan Politik dengan Agama yang pada saat itu VOC dengan alasan bahwa pada saat itu diBelanda terjadi Konflik antara Penganut Katolik dan Protestan yang menyebabkan pertumpahan darah dan dari pada terjadi Pertumpahan darah yang lebih banyak Akhirnya Belanda melarang adanya Penyebaran agama Nasrani di Indonesia. Belanda Juga tidak mementingkan Gospel sehingga Belanda hanya memberlakukan 2G (Glory,Gold) atau Kejayaan dan Kekayaan tanpa adanya Gospel(Penyebaran agama).
Berbeda dengan bangsa Barat lainnya seperti Spanyol dan Portugis yang memberlakukan 3G (Gold,Glory,Gospel sekaligus) dimana disatu sisi mengeruk kekayaan alam juga Menyebarkan agama Katolik. Bahkan Missionaris (Penyebar agama Kristen) lebih banyak dilakukan oleh orang Non Belanda yakni Nomenseen dari Jerman yang menyebarkan Kekristenan di Tanah Batak lalu Fransiscus Xaverius yang Menyebarkan Katolik di Bagian Indonesia Timur dan pada awal Penyebaran Kristen diJawa justru dilakukakan oleh Penduduk lokal Pribumi yakni Kiai Tunggul Wulung,Kiai Sadrach,Kiai Dasimah dan masih banyak lagi. tambahan juga Penyebaran Agama Kristen hanya dilakukan oleh Pribadi lepas pribadi yang memiliki Kemauan dan Panggilan hati bukan dengan Organisasi Penyebaran Kristen dan Organisasi Penyebaran Kristen baru diijinkan dengan kedatangan NZG
Source:
berbagaireviews.com/2016/12/sejarah-masuknya-kristen-dan-penyebaran
sejarah94jkt.blogspot.com/2014/09/penyebaran-agama-kristen-masa-kolonial
plegmatis.wordpress.com/2015/08/21/apakah-kristen-agama-penjajah/
wandylee.wordpress.com/2012/04/17/hambatan-dalam-penyebaran-agama-kristiani-pada-masa-penjajahan-belanda/
kompasiana.com/pardosi/59c75b719818277ac10b2df2/350-tahun-dijajah-belanda-kok-kristen-minoritas-di-indonesia
0 comments:
Post a Comment